After Your Death

Apa kabar hari ini wahai penikmat rahmat Allah SWT? Apakah hari ini kita semua sudah membagikan sedikit waktu untuk mengingat sang pencipta? Semoga saja sudah, karena dari mulai bangun dari tidur saja, berapa nikmat Allah yg sudah kita nikmati, berapa nikmat Allah yg sudah melekat pada diri kita, sungguh tak terhitung.

Teringatkah kita tentang peristiwa kematian, dimana saat nama kita tercatat di kertas A4 terpampang sangat jelas di sudut teratak yang berdiri sementara 7 hari di depan rumah kita, tepatnya bukan lagi rumah kita,tapi rumah orang lain, karena sudah selayaknya ketika kematian menghampiri kita, hanya amalan dan kain kafan yang ikut bersamaan, bukan yang lain.

Ketika nama kita terpampang di kertas A4, hal terbaik apa yang ingin kita banggakan, golongan, pangkat, harta, tahta, kekayaan, gelar, jabatan, kehormatan, kepopuleran, apa? Apa yang ingin kita banggakan??? Kita punya gelar S1, S2 atau S3 ?? Tidak sama sekali, bahkan di nama yang terpampang itu hanya dituliskan nama kamu dan nama ayahmu, jadi mau membanggakan apa. Mungkin kita semua tau cara supaya hidup enak, tapi kita lupa cara mati enak.

Dan kita semua sadar tentang hal itu, dan tahu bagaimana proses mati enak, tapi sering kali kita selalu mengesampingkan hal itu, kita takut telat mengabsen untuk keperluan pekerjaan kita semua, tapi kita tidak takut telat melaksanakan shalat, apakah kita lupa, bukan, terkadang bahkan kita sengaja mengulur-ulur waktu shalat, karena kerjaan sedikit lagi belum kelar, padahal azan sudah di kumandangkan. Sungguh beraninya kita bernegosiasi dengan sang pencipta.

Hingga nama kita terpampang di kertas A4 itu, semua keluarga kawan dan kerabat melayat , untuk 24 jam nama dan foto kita ada di status sosial media orang-orang yang dekat dengan kita. Seketika semuanya hening 7 hari, dan setelah itu pimpinan di tempat kita bekerja mencari orang pengganti, semua tentang kita akan diubah, baik itu jabatan atau meja yang biasa kita gunakan, semuanya berubah. Setelah itu kita hanya akan dikenang ketika ada masalah yang belum kita selesaikan. Jadi apa yang bisa kita banggakan, hanya amalanlah yang selalu bersama kita.

Mungkin ketika hidup di dunia kita sebagai seorang ayah yang berhasil menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang S3, mungkin dengan gelar yang anak kita peroleh mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus dan bisa mendapatkan materi yang cukup untuk membiayai dirinya sendiri dan juga menyisihkan untuk kita, tapi sadar atau tidak ketika kematian telah menghampiri kita, bukan materi yang kita butuhkan, tapi hanya doa anak salehlah yang sangat berarti.

Kelak ketika nama kita terpampang di kertas A4 itu, kita baru sadar bahwasanya dunia yang kita kejar siang dan malam itu hingga terkadang kita melupakan kewajiban kita kepada Allah, hanya akan menjadi malapetaka untuk kita. Sungguh pilunya kematian itu, hingga kita terpisah kan dari orang-orang paling terdekat dalam hidup kita, dari orang-orang yang paling tercinta dalam hidup, seketika istri yang cantik dan menawan dengan sendirinya akan menjadi mantan walaupun hanya sedetik setelah kematian menghampiri.

Anak dan wali sibuk membereskan hutang, bukan karena peduli, tapi mereka berharap ketika harta itu dibagikan mereka menerimanya dengan mutlak tanpa ada sangkut paut, mungkin sebagian dari kita mengatakan, itu tidak mungkin terjadi, tetapi ketahuilah itu akan terjadi, mereka hanya berani bersedekah semen untuk mesjid dengan hartamu, tapi mereka tidak akan mau membangun mesjid dengan hartamu, meskipun itu banyak. Tidak percaya? Lihatlah bukti disekitarmu sekarang.

Setelah 7 hari kematian kita, keluarga dan sanak saudara hanya akan menziarahi setahun dua kali, mau berharap lebih, jangan, karena kita yang hidup sekarang pun melakukan hal yang sedemikian rupa, terakhir bulan berapa menziarahi makam orang tercinta? Mungkin pertanyaan nya harus diganti, terakhir menziarahi makam orang tercinta hari raya tahun berapa? Sempat membaca surat yasin? Jawabannya ada di hati kita masing-masing. Jadi jangan berharap lebih ketika nama almarhum sudah tersematkan di nama kita, bahkan gelar yang kita banggakan tidak tertulis di batu nisan.

Begitu banyak dan panjang takkan habis jika diuraikan tentang kematian, tetapi lebih banyak lagi dosa-dosa yang harus kita pertanggungjawabkan ketika kita sudah berada di alam kematian. Karena sesungguhnya orang-orang yang telah dikuburkan itu, dulunya sama juga seperti kita, namun kisah mereka telah berakhir, dan itu akan terjadi juga kepada kita.

Tulisan ini terinspirasi ketika Pak Ridlwan dan Pak Rus’an mengajak penulis untuk shalat berjamaah ketika azan sudah dikumandangkan dan juga terinspirasi dari menghadiri setiap kunjungan atau takziah orang meninggal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *