Bucket untuk Siapa?

Seperti biasa, ketika jam menunjukkan pukul 12.50 wib, aku ditemani scoopy putih akan melaju menjemput si bungsu yang kini duduk di kelas V di salah satu madrasah yang ada di kawasan Simpang Ulim, Aceh Timur. Bel tanda pulangpun berbunyi, semua berhamburan keluar. Si bungsu langsung berlari kearahku dengan tergesa.

“Mimi kita singgah sebentar di market Akbar Jaya ya” pintanya dengan penuh harap padaku.

Aku hanya mengangguk tanda setuju dengan permintaannya tanpa banyak bertanya.

Aku parkir Scoopy di depan market. Dia langsung bergegas masuk ke dalam dan langsung menuju rak snack. Dia memilih dan terus memilih snack rasa coklat dan permen dalam jumlah yang lumayan banyak.

“Lho jajannya kok coklat semua dek, ayo ganti dengan yang lain” pintaku dengan  nada sedikit kesal. Aku mengeluarkan jajanan nya tadi dari keranjang dan berusaha mencari makanan lainnya. Aku bingung itu bukan jajanan yang sering dia beli.

“Ini semua mau di buatkan bucket mimi, mau dikasih untuk ibu guru besok” jawab nya sambil mengambil kembali permen dan snack lainnya.

“O ooo, hanya kata itu yang keluar dari mulutku. Setelah semua selesai   aku  membayar di kasir. Terlihat rasa bahagia dari wajah si bungsu.

Sesampai dirumah, dia meminta Handphoneku dan membuka tutorial bagaimana membuat bucket. Dia berusaha membuatnya sendiri , tapi pada akhirnya menyerah juga. Akupun berjanji akan membantunya setelah makan siang nanti. Aku mengajaknya kembali ke market untuk membeli asesoris dan pemanis lainnya. Tentu itu semua aku lakukan untuk tidak mengecewakan hatinya.

“Bucketnya untuk siapa saja, untuk mimi nggak dikasih dek, mimikan guru juga.” Aku bertanya sambil menguji kepekaannya. Dia hanya mengatakan bahwa aku ini bukanlah gurunya di sekolah, aku akan mendapat bucket  dari muridku besok. Bucketnya hanya untuk ibu wali kelasnya saja.  Akhirnya bucketnya selesai juga dirangkai dan dipermanis dengan ikatan pita berwarna coksu. Harganya memang tidak seberapa tapi  niat dan keikhlasan terwakili dari kesederhanaan bucket yang dirangkai oleh tangan kecil sibungsu.

Dia memeluk dan menciunku tanpa sepatah katapun terucap. Aku hanya bisa tersenyum. Berfikir mungkin ini caranya mengucapkan terima kasih. Pelukan dan ciuman untuk ucapan hari guru padaku. Guru pertamanya yang mengajarkannya berbicara, berjalan, makan dan menanamkan akhlak yang mulia. Hari ini karena keterbatasannya dia melupakan bahwa gurunya bukanlah wali kelasnya saja. Masih ada guru lainnya yang patut dia berikan ucapan selamat hari guru dengan tidak memilih dan memilah siapapun mereka.

Cerita diatas hanya satu kisah yang mewakili cerita di hari guru nasional yang telah dirayakan pada tanggal 25 November lalu. Kisah ini nyata adanya, dimana para siswa hanya menganggap wali kelasnyalah sebagai guru mereka. Lalu bagaimana dengan guru Bahasa Arab, Matematika, IPS, Bahasa Inggris, TU dan guru lainnya yang mengajar dan mendidik mereka selama ini. Hanya bisa tersenyum melihat wali kelas diberikan kejutan, mendapatkan hadiah, bucket dan membuat acara di dalam kelas. Kata “sabar“ mungkin bisa mewakili rasa yang ini, walau sebagai manusia biasa terkadang aku juga iri.

Mungkin ini hanya perasaanku saja, rasa yang mengganggu fikiran. Rasa yang seharusnya tidak boleh ada karena bagaimanapun wali kelas sangat berperan mengelola kelasnya, mulai dari mengurusi siswa bermasalah, mendata siswa, mencetak rapor, mengelola keuangan kelas bahkan sampai membujuk siswa yang malas untuk kembali bersekolah. Hal-hal yang tidak mungkin dikerjakan oleh guru lain.

Bagiku ucapan terimakasih dan ucapan selamat hari guru dari mulut mereka sudah cukup membuatku bahagia yang luar biasa pada hari itu. Karena ada dan tanpa bucketpun tugas dan kewajiban sebagai guru tetap akan berlanjut dan tidak akan berkurang sedikitpun. Hari guru bukan tentang berapa hadiah yang diperoleh melainkan penghargaan terhadap semua guru yang berjasa dalam mendidik dan mencerdaskan generasi bangsa.

Mari kita jadikan Hari Guru Nasional sebagai bentuk merefleksikan diri ke arah yang lebih baik sehingga menghasilkan karya terbaik pula. Semua amal ibadah yang kita lakukan terbalas dengan pahala yang tidak terhingga dari Allah SWT.

2 thoughts on “Bucket untuk Siapa?

  • Desember 2, 2023 pada 4:39 pm
    Permalink

    Sehat sehat selalu buk Mimi wali kelas ku 3/1

    Balas
  • Desember 3, 2023 pada 8:13 pm
    Permalink

    MasyaAllah
    Wa Barakallahu fiiki

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *