Kisah Raja dan Mesjid
Selasa malam, tanggal 1 Juni 2021 Mesjid Ba’alawi Simpang Ulim mengadakan tabligh akbar bersama Alhabib Aydrus Bin Abdullah Alaydrus. Beliau adalah ulama dari Kota Tarim yang biasa dikenal dengan kota seribu ulama. Dalam tausiahnya, banyak sekali nasehat yang dapat dipetik serta dijadikan pelajaran. Salah satu yang paling berkesan dan membuat saya tersentuh adalah kisah seorang raja dan masjid. Dengan dibantu oleh penerjamah, Alhabib menceritakan bahwa zaman dulu ada seorang raja yang sangat berpengaruh dan mempunyai kekuasaan luas yang berkeinginan untuk membangun sebuah mesjid. Mulailah beliau mengumpulkan para manteri, penasehat dan seluruh rakyatnya tanpa terkecuali. Raja pun mulai berbicara: “Wahai para manteriku, penasehatku dan rakyatku semuanya, hari ini saya mengumumkan bahwa saya ingin membangun sebuah masjid dan saya tidak mengizinkan seorangpun diantara kalian membantu ataupun bersedekah untuk membangunnya”. Semua terdiam dan tidak ada satupun yang berani menentang raja sehingga pembangunan pun dimulai. Semua fasilitas dan tenagapun dikerahkan, pelan tapi pasti akhirnya berdirilah sebuah masjid yang kokoh dengan keindahan yang menakjubkan. Sang Raja menamainya dengan namanya sendiri yakni “ Mesjid Raja Bin Fulan“. Rasa senang dan bangga tumbuh di hati raja tatkala memandang mesjid yang dia bangun sendiri tanpa bantuan dana dari siapapun dan namanya terpampang menjadi nama dari mesjid tersebut.
Suatu malam dalam tidurnya raja bermimpi, raja melihat Mesjid Raja Bin Fulan telah berganti nama menjadi Mesjid Fulanah Binti Fulan, nama seorang perempuan yang tidak raja kenal. Raja bingung dan gelisah dan terus bertanya dalam hati siapa gerangan perempuan itu, bagaimanakah andil perempuan itu dalam pembangunan mesjid? Malam berikutnya raja juga bermimpi lagi hal yang sama, tentu saja mimpi ini sangat mengganggu ketentraman hati raja. Raja mengumpulkan para pembesar istana dan para prajurit untuk diperintahkan mencari fulanah binti fulan. Setelah di telusuri dari kalangan istana dan kerabat raja tidak ada nama Fulanah binti Fulan, pencarian terus dilakukan dari kota sampai ke pedesaan namun tidak membuahkan hasil. Dalam kemarahan dengan raja memerintahkan bagaimanapun caranya perempuan dalam mimpinya tersebut harus ditemukan. Prajurit kerajaan terus melakukan pencarian ke desa-desa terpencil, dan akhirnya mereka menemukan sebuah rumah yang dihuni oleh perempuan tua, miskin yang bernama Fulanah Binti Fulan. Perempuan itupun segera dibawa ke istana. Raja mulai bertanya apakah engkau wahai Fulanah Binti Fulan yang tanpa sepengetahuan saya telah bersedeqah untuk mesjid yang saya bangun?“ Tidak yang mulia, hamba orang miskin , jangankan bersedeqah untuk makan saja hamba kesusahan“ jawab Fulanah. Raja tambah bingung dan penasaran. Lalu apa yang engkau lakukan sehingga dalam mimpiku terlihat jelas mesjid yang aku bangun berubah nama menjadi namamu? Fulanah kemudian berfikir dan mengingat kembali apa yang iya lakukan, dan dirinya pun teringat satu hal yang pernah dilakukan. “Ooo.. saya ingat, suatu hari saya melewati mesjid dan saya melihat kuda yang membawa batu sangat lelah, haus dan kepayahan mengangkut beban yang berat. Saya hanya memberikan kuda itu minum. Itu saja yang saya lakukan wahai paduka raja”. Akhirnya raja pun terduduk diam tanpa bisa bicara lagi.
Adapun hikmah yang dapat kita petik dari cerita diatas adalah untuk selalu senantiasa ikhlas dalam setiap pekerjaan, tidak merasa sombong dan bangga dengan apa yang telah kita lakukan karena itu tiada artinya dimata Allah SWT. Banyak dan sedikit yang kita berikan bukanlah ukuran mendapat pahala balasan dari Sang Pencipta, keikhlasan dan ketulusan menjadi tolak ukur yang utama. Semoga kita senantiasa dapat menjadi manusia terbaik dimata Allah SWT.
Penulis : Nuraini, S.Ag
Editor : Devi Firmansyah, S.Si