GURU PERTAMAKU
Kamis, tanggal 25 November 2021, seluruh sekolah/madrasah baik di kota maupun di pedesaan memperingati Hari Guru Nasional (HGN). Teringat kembali siapa saja guru yang telah berjasa dalam kehidupanku. Terlintas dalam pikiran dan terucap kata “ibu” ya ibu adalah guru pertama dalam hidupku. Guru yang mengajarkan pijakan dasar yang menjadi modal utama dan pertama dalam kehidupanku.
Penyair Hafiz Ibrahim dari Mesir menulis dalam sebuah syair “Al ummu madrasatul ula, iza a’dathaha a’dadtu syaiban thayyibal a’raq “ Ibu adalah madrasah/sekolah pertama bagi anaknya, jika sang ibu baik, maka baik pula anaknya. Kekuatan syair ini mampu menembus zaman, masa dan waktu sampai kini.
Kasih ibu tak terhingga sepanjang masa, ini juga fakta yang tidak seorangpun mampu membantahnya. Sosok wanita yang berani mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan anak-anaknya, memberi kasih sayang, mengajar dan mendidiknya menjadi manusia yang berguna bagi agama dan bangsa.
Bahkan sejak dalam kandungan, ibu adalah guru kita. Tentu kita tidak ingat apa yang telah diajarkan ibu saat kita masih dalam kandungan, yang kita ingat adalah apa yang ibu ajarkan setelah kita berusia diatas 5 tahun, dimana kemampuan mengingat kita mulai muncul dan terekam di memori. Apapun yang ibu ajarkan selagi kita di alam kandungan akan berpengaruh dalam pembentukan sikap, sifat dan kepribadian kita.
Begitu juga dengan ibu saya. Ibu mengajarkan banyak hal. Tentang bagaimana cara beribadah, cara berwudhu’, shalat, puasa dan juga mengajarkan cara membaca Alquran. Saya sulit waktu itu membedakan huruf antara Jim, Ha dan Kha. Ibu dengan sabar mengajarkan perbedaa huruf tersebut. Demikian juga saya sangat sukar membedakan antara “b” dan “d” saya selalu salah membacanya, ibu juga dengan sabar mengajarkan dengan metode sederhana untuk membedakan kedua huruf tersebut. Ibu tidak pernah lelah dan mengeluh sedikitpun. Beliau lakukan perannya dengan baik.
Ibu jago Matematika. Ketika ada PR saya pasti dapat nilai 100 karena ibu membimbing saya dalam menjawab soal, meskipun sekarang saya tidak suka pelajaran Matematika.
Ibu hanya seorang ibu rumah tangga. Ibu hanya tamat SMP, tapi mempunyai pandangan luas terhadap pendidikan anaknya. Sejak ayah meninggal ibu terus berjuang dan bangkit untuk menghidupi kami. Anak-anaknya harus berhasil. Banyak pengorbanan yang ibu lakukan, yang tidak mampu kami balas. Kesedihan, air mata yang ibu sembunyikan dari kami juga tidak akan sanggup kami balas. Kehidupan yang ibu berikan dengan mengorbankan kebahagiaan ibu sendiri juga tidak dapat kami tuliskan dikertas ini. Kasih sayang yang ibu berikan tidak tergantikan dengan emas dan berlian sekalipun. Doa-doa yang ibu munajahkan untuk kebahagiaan kami dengan apa harus kami balas ibu? Cukupkah menjadi anak shalih dan shalihah sebagai bakti untuk membalas jasa-jasamu ibu? Tentu itu belum cukup. Hanya pada Allah sang Pencipta kami meminta semoga Allah mengampuni dosa ibu dan menempatkan ibu di SyurgaNya. Aamiin.
Meski aku telah dewasa dan menikah, ibu tetaplah menjadi guru bagiku. Guru yang selalu mengajarkan tentang kehidupan. Banyak hal yang ibu ajarkan, banyak pengalaman pahit, manis, dan asam garam yang telah ibu rasakan dan itu jauh lebih banyak dari yang aku rasakan. Karena itu aku tidak segan ataupun malu untuk bertanya kepada ibu jika aku butuh teman curhat, butuh pendapat orang tua, namun kini hanya tinggal kenangan. Allah telah memanggil ibu. Rasa kehilangan yang sangat mendalam. Kehilangan yang menyisakan kesedihan. Kehilangan yang mampu memisahkan kita dengan orang yang sangat kita sayangi dan menyayangi kita. Kehilangan yang menjadi kenangan yang sulit dilupakan. Kini aku kehilangan seorang guru, teman dan juga kehilangan salah satu pintu rahmad yang dari lisannya selalu mengalir doa-doa hebatnya untukku. Semoga apa yang telah ibu berikan menjadi amal jariyah ilmu baginya hingga pahala akan terus mengalir baginya.
Kini aku telah menjadi seorang ibu. Akankah aku bisa seperti ibu. Menjadi guru yang baik bagi anak-anakku. Bisa mengantar mereka menuju gerbang kehidupan yang penuh berliku.
Terimakasih ibu.
Ibulah guru sejati bagiku
Tanpamu aku tidak akan mengenal dunia ini Ibu tetap hidup dihatiku selamanya. Aku rindu ibu. Alfatihah

Penulis: Nuraini, S.Ag