“Pusling untuk Siapa?”
Inilah potret pustaka keliling MTsN 1 Aceh Timur pada minggu ke 2, Kamis, 24 Februari 2022 yang di gelar di halaman kantor utama MTsN 1 Aceh Timur. Tempat strategis untuk di jangkau oleh siswa kelas IX dan juga sangat memungkinkan dimanfaatkan oleh dewan guru. Cuaca sedikit mendung sangat mendukung kegiatan literasi pada jam istirahat hari ini.
“Sepi Mimi ya? tanya Pak Firman sambil mengamati buku yang tersusun di rak.
“Ya pak, mungkin sebentar lagi ramai, anak-anak lagi jajan.” Aku memberi jawaban, berharap ada siswa yang membaca buku hari ini.
Satu persatu siswa menuju ke rak buku. Mereka memilih judul buku yang menarik untuk dibaca. Aku mulai senang. Usaha hari ini tidak sia-sia.
“Dari mana semua buku ini Mimi?” tanya Pak Firman lebih lanjut.
“Semua buku ini di beli oleh madrasah pak, ini buku baru semua.” Jawabku singkat.
Aku mellihat pak Firman mengambil satu buku berjudul Syahadah Bumi Rotterdam. Duduk disampingku yang juga sedang membaca buku Long Distance Bridge di bangku panjang yang menghadap ke kantor utama. Beliau mulai membaca dan mengatakan buku itu sangat bagus dan berniat untuk meminjamnya.
Aku melirik jam yang melingkar di tangan, sudah menunjukkan pukul 10.30 wib. Selain pak Firman belum ada guru lain yang memanfaatkan pusling hari ini. Padahal aku berharap hari ini ada beberapa guru yang mau mampir di pusling walaupun hanya duduk sebentar tidak perlu lama. Dengan harapan bisa memberi motivasi dan teladan pada siswa akan pentingnya membaca sebagai wujud program berliterasi. Kalau bukan guru siapa lagi yang akan menjadi teladan.
Nyatanya tidak ada yang berminat, sedikit kecewa. Aku berprasangka baik sajalah, mungkin guru MTsN 1 Aceh Timur sangat sibuk dengan Administrasi yang harus disiapkan hari ini sehingga tidak tersisa waktu untuk mampir di pusling. Waktu istirahat yang sangat singkat ini memang harus digunakan untuk melepaskan rasa lelah dan capek setelah mengajarkan materi di kelas. Tapi satu hal jangan dilupakan, kalau kita tidak berdayakan budaya membaca, lalu adakah pihak lain yang peduli? Tulisan ini erat kaitannya dengan opini Pak Firman yang berjudul Mendidik yang “Terdidik”.
Sejatinya guru itu sekali kali harus di depan, terkadang harus di tengah bersama siswa dan tidak salahnya juga berada di belakang memberi dorongan dan motivasi kepada siswa. Ini bagian dari Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara yang aku pelajari beberapa waktu lalu.
Untuk hari ini Alhamdulillah, presentase pengunjung pustaka keliling berdasarkan catatan buku pengunjung sedikit mengalami peningkatan dari minggu sebelumnya. Diharapkan terus dapat meningkat pada minggu selanjutnya dan menebarkan manfaat. Salam literasi.