“Ini Tanahku Bukan Tanahmu” Masuk Nominasi Kategori Karya Puisi Terbaik Nasional

MTsN 1 Aceh Timur kembali torehkan prestasi tingkat nasional di bidang literasi. Kali ini salah satu karya guru MTsN 1 Aceh Timur, Muhajjir S.Pd. masuk nominasi 100 karya puisi terbaik tingkat nasional. Pada ajang Festival Literasi Nasional 2022 yakni ajang kompetensi literasi paling bergengsi tingkat nasional. Ajang tersebut dapat dilihat pada link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=JLzKEfWcyqQ

Festival Literasi diselenggarakan pada selasa, 8 Maret 2022 pukul 16:00 WIB secara virtual. Festival Literasi Nasional 2022 adalah puncak perayaan, penghargaan atas setiap program literasi yang di selenggarakan oleh Nyalanesia. Sebelumnya  MTsN 1 Aceh Timur tergabung dalam program GSMBN gelombang IV. Program nasional ini diikuti oleh 1.570 sekolah se Indonesia. Untuk Tingkat SMP/MTS diikuti 146 Sekolah. Guru yang ikut bergabung sebanyak 2.458 dan siswa sebanyak 20.380 siswa. 

Prestasi yang ditorehkan Muhajjir sangat luar biasa, mengingat ini adalah prestasi ajang tingkat nasional yang diikuti sebanyak 2.458 guru tingkat SMP/MTS se Indonesia. Puisi karya Muhajjir yang masuk nominasi 100 karya terbaik tingkat  nasional berjudul: “ Ini Tanahku Bukan Tanahmu!”.

Nantinya semua puisi hasil karya guru se-indonesia akan digabung menjadi sebuah buku ber ISBN. Sebanyak 28 guru MTsN 1 Aceh Timur tergabung di dalamnya. Berikut kutipan hasil karya puisi dari Muhajjir.

INI TANAHKU
BUKAN TANAHMU!

Sudah lama kita mendambakan sesuatu yang bebas
Setiap gerak yang melirik
Selalu ada karakter yang mengkritik
Pulang kau dengan isi pohon yang sudah kau petik…

Ini negeri adalah tanah syuhada
Dibombardir oleh kolonial yang katanya dipaksa
Namun kenyataan sudah dibayar dengan lunas
Tapi pihak yang menerima sudah masuk ke kepala

Berlanjut pada beberapa tragedi
Di seluruh Nusantara mendapat pilu yang luka
Marheanisme yang kata Bung Karno menjadi pemersatu
Malah terpecah menjadi satu-satu…

Masalah yang baru muncul
Masih ada orang lama yang menuhankan uang
Lalu tiba-tiba datang sebagai pahlawan
Dalam setiap pertemuan dengan para mereka

Sudah lama….
Ditindas, dicaci, dimaki
Dalam lamunan paksa kami menunduk mati
Walau curah di muka dan kepala memakai peci

Akulah itu yang mati di tangan mereka
Mati pikiran, hati dan perasaan yang ada
Disaat mereka sibuk mencari makna dari digit gajian angka
Biarkan aku melaju dengan tas rajut ibuku berlumurkan surat tanah….

Mereka tidak pernah tau ada yang menangis disini
Seorang anak yang kehilangan semuanya akibat kebijakan
Ini tanah ku….
Bukan tanah mu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *