Masykur, Siswa Istimewa

Masykur, satu nama yang terdaftar di kelas VII-5 pada  MTsN 1 Aceh Timur. Dia menjadi salah satu siswa istimewa diantara 23 siswa lainnya. Dia tinggal di desa Titi Barueh bersama kedua orang tuanya. Tiap pagi  diantar oleh sang ibu. Karena ayah harus pergi melaut untuk mencari rezeki. Pulang sekolah dengan jalan kaki ditemani dua orang temannya. Mereka sekampung dan alumni sekolah yang sama. Apa sih yang istimewa dari Masykur?

Sekilas dia biasa saja. Bentuk tubuhnya yang kecil, selalu menebarkan senyuman pada siapa saja yang ia jumpai, membuat dia di sukai oleh banyak teman. Penampilannya rapi. Dia juga siswa yang suka membantu, santun dan sangat sederhana.

Pertemuan pertama di semester pertama. Sebelum mengajar materi  terlebih dahulu diawali  perkenalan. Dan kebetulan juga pelajaran pertama tentang Ta’aruf.  Aku memperkenalkan diri pada siswaku, demikian juga mereka kuminta memperkenalkan diri masing-masing untuk lebih mengenal. Seperti kata pepatah ”tak kenal maka tak sayang”.

Satu persatu mereka memperkenalkan diri, asal sekolah, tempat tinggal dan juga mengapa MTsN 1 Aceh Timur menjadi pilihannya. Seorang siswa yang mendapat giliran terakhir maju dengan sangat cekatan. Berkata  “Namaku Masykur” aku spontan berpaling ke arahnya. Melihatnya dari kepala sampai ujung sepatu. Suaranya sengau dan kurang jelas.  Kalimat pertama yang kutahu hanyalah namanya Masykur. Selebihnya aku tidak tahu sama sekali apa yang dikatakan. Banyak yang ia ceritakan, aku mengangguk saja tanpa menyela satu patah katapun.

Aku mendengar celoteh beberapa siswa yang duduk di belakang “bicara yang jelas kur biar ibu mengerti”, “ee.. diam dengar dia ngomong apa”  aku tidak peduli dengan celoteh tadi, nanti itu akan aku urus, pikirku. Focusku masih pada apa yang Masykur bicarakan. Aku menyimak dan berusaha keras untuk mencoba memahaminya. Sampai akhirnya dia menutup dengan salam.

Aku tertegun  dan salut dengan rasa percaya diri yang dia miliki. Butuh keberanian tingkat tinggi untuk bisa berdiri di depan kelas dan menjadi pusat perhatian dari semua kawannya .Kekurangan yang dimilikinya berupa kelainan bawaan pada bibirnya membuatnya tidak bisa mengeluarkan vokal yang jelas. Kekurangannya tidak menjadi hambatan dalam beraktifitas. Dengan berani maju memperkenalkan diri tanpa peduli sekelilingnya.

Pertemuan selanjutnya aku memberi PR, menghafal 10 mufradat baru dalam bahasa arab sekalian dengan arti. Setelah beberapa siswa maju menghafal, Masykur pun mengacungkan tangan, maju untuk menyetor hafalan.

Aku memintanya menghafal dengan pelan. Tapi tetap aku kepayahan menangkap kata-kata yang dihafalnya. Aku mengangguk seolah-olah mengerti dan apa yang dia hafal itu benar. Ya Allah bagaimana ini. Bagaimana aku memberi nilai hafalannya. Dia telah berusaha memberikan yang terbaik dan mengharap nilai dari gurunya. Dalam kebingungan, akhirnya aku mengambil kertas dan pulpen kusodorkan padanya. Aku meminta Masykur menulis apa yang telah dia hafal. Walaupun tulisannya kurang bagus dan tidak semua jawaban benar tapi aku puas telah menemukan solusi agar Masykur bisa mendapatkan kesempatan dan nilai seperti temannya. Terlihat sekilas senyum dari bibirnya. Mengangguk kearahku sebelum berbalik menuju tempat duduknya.

Setiap anak istimewa di mata gurunya. Mereka hanya butuh semangat dan perhatian guru. Perhatian yang mungkin tidak mereka dapatkan di rumah. Perhatian dan kasih sayang yang luput dari kehidupan mereka. Sedikit rasa yang guru berikan mampu membakar semangat untuk terus bertahan dan insyaallah akan membuat mereka lebih baik  dan mengubah masa depan mereka.

Siswa kita bukan anak pejabat, bukan pula anak konglomerat yang hidup serba kecukupan dan juga bukan anak panglima berpangkat. Mereka hanyalah anak-anak hebat yang butuh kita sebagai guru  untuk membakar semangat.

Masykur dalam bahasa arab berarti yang bersyukur. Harapan orang tua memberi dan memilih nama tersebut akan menjadi doa bagi buah hatinya. Masykur diharapkan dapat menjadi orang yang pandai  bersyukur dalam kehidupan ini. Jangan pernah pesimis, kecewa ataupun merasa rendah diri, mereka yang sempurna belum tentu memiliki akhlak dan budi pekerti sebaik dirimu. Semua telah Allah ciptakan dengan kelebihan dan keistimewaan masing-masing. Tidak ada satupun yang Allah ciptakan sia-sia.

Pertemuan hari ini kututup dengan memberi semangat dan motivasi untuk Masykur. Dan memberi pengarahan serta  pembinaan kepada semua siswa kelas VII-5. Bahwa kita semua makluk Allah, tercipta dari tanah dan akan kembali ke tanah. Tidak ada yang patut dibanggakan dan disombongkan, melainkan perbanyak amal kebaikan untuk mencapai keridhaanNya. Kita disini bersaudara, satu sama lain harus saling menguatkan tidak untuk saling mencela dan merendahkan. Teruslah berjuang dan capai cita-citamu.

Untuk  Siswaku

Waktu akan terus berjalan
Berputar tanpa bisa  dihentikan walaupun sesaat
Hari berganti bulan dan tahun berlalu
Umur kitapun akan berkurang

Selagi masih ada kesempatan
Jangan siakan waktu yang masih panjang
Sejauh mata memandang
Berselancarlah menggapai asa dan harapan

Jadilah kebanggaan orang tua
Bahagiakan, beri bakti terbaikmu pada mereka selagi masih bisa mendampingi
Bila telah tiada hanya kenangan yang tersisa
Jangan sampai akhir penyesalan
Waktu tidak dapat terulang

Tulisan ini telah dimuat dalam buku yang berjudul “Secuil Kisah Semesta Cinta” pada tahun 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *