Nikmat yang Jarang Kita Sadari
Cerita ini dikutip dari buku Hingga Detak Jantungku Berhenti. Terdapat nilai kehidupan yang dapat di petik namun sering terlupakan.
Alkisah, disebuah negeri Antah Berantah, di pimpin oleh seorang raja yang sangat kaya raya hidup di istana bergelimangan harta, beristerikan permaisuri yang cantik jelita yang hidup bahagia. Suatu ketika, tanpa tahu sebabnya tiba-tiba raja terkena penyakit kulit yang menjijikkan, kulit bernanah bahkan berdarah dan baunya sangat menusuk hidung. Semua orang menjauhinya takut untuk berdekatan dengannya, bahkan permaisuripun minta cuti sementara waktu agar dapat menjauh dari raja. Pengawal, menteri dan segenap warga istanapun berjaga jarak. Jadilah Sang Raja seperti dalam lagu Caca Handika, “makan, makan sendiri, cuci baju sendiri, masak juga sendiri, hidup pun sendiri.”
Berita Sang Raja sakit cepat tersebar diseluruh negeri, dan tabib pun didatangkan untuk mengobati Sang Raja. Setelah sekian banyak tabib tidak mampu memberikan kesembuhan, datanglah seorang pria yang tak di duga datang melihat sang raja dan berkata bahwa raja akan sembuh dari penyakit yang dideritanya bila ada seorang pemuda yang bersedia menukar penyakitnya itu dengan dirinya. Ups…kok bis, jangan protes ini hanya kisah yang terjadi di negeri Antah Brantah.
Sambil mengintip dan mengelus bola kristalnya, dan membaca mantra-mantra serta berpenampilan prima, pria tadi pun dengan setengah berteriak berkata “Paduka harus mencari seorang pemuda yang bersedia menukar kesehatannya dengan penyakit kulit paduka ini, hanya dengan jalan ini paduka akan sembuh.” seru sang pria tadi.
“Siapa yang mau ? tidak akan ada yang bersedia! Kamu saja jaga jarak bicara dengan ku, berteriak-teriak, tidak mau dekat karena bau dan jijik kan ?” raja berkata dengan kesal. “ Ya “ balas pria tadi, paduka carikan saja pemuda paling miskin di negeri in, hmm… apa mungkin Hamdan ATT bukankah dia merasa orang termiskin di dunia, tawarkan saja berapa harta yang ia minta sebagai imbalannya atau mungkin ia mau tahta kerajaan paduka. Saya permisi dulu paduka raja”, pria tadi permisi berlalu pergi.
Rajapun menyuruh sekretaris kerajaan untuk membuat pengumuman seantero negeri Antah Brantah, menyuruh pengawal menyusuri tempat-tempat terpencil terkumuh dan termiskin. Hasilnya ? Nihil. Penyakit raja semakin parah, bahkan pengawal raja yang paling setiapun tidak mau menukar sehatnya dengan penyakit raja. Sebagai raja, beliau bisa saja memaksa siapa saja agar mau menukar penyakit yang dideritanya, tapi pria tadi berpesan harus berdasarkan keikhlasan dan kerelaan hati, kalau tidak akan percuma saja tidak akan berhasil.
Waktupun berlalu, akhirnya datanglah seorang pemuda, kurus, kumal, pakaian compang camping hidup sebagai gelandangan, menghadap raja. Ia bersedia menukar penyakit raja dengan dirinya.
“Benarkah? oh syukran ! syukran ya akhii !” kata raja dengan senang. Wahai pemuda berapa hadiah yang engkau minta ? satu kantung emas ? dua kantung atau segudang ? katakan saja wahai pemuda. “Saya bersedia asalkan seluruh harta dan tahta kerajaan tuanku diserahkan kepada saya, bagaimana tuanku Raja?” ujar pemuda dan rajapun sangat terkejut. Penawaran yang sangat mahal bukan?
Akhir cerita, transaksi terjadi juga. Sang Raja sembuh, tubuhnya kembali normal. Sebaliknya pemuda yang mendadak kaya mempunyai kekuasaan, kekayaan terpuruk dengan penyakitnya. Sang raja menyadari betapa orang akhirnya akan mau berbuat apa saja untuk sehat kembali. Apa yang terjadi dengan pemuda? Sang pemuda menyesal selama sisa hidupnya. Semua kekayaan dan kekuasaan yang ia miliki tidak dapat dinikmati karena penyakit yang dideritanya.
Sebenarnya nilai kehidupan yang bisa di petik pada cerita ini adalah Memang sulit untuk menyadari sebuah kenikmatan dan karunia kecuali Allah telah mengambilnya dari kita. Saat mata sehat bisa melihat dengan jelas, kita sering lupa bersyukur sebelum mata minus, plus ataupun mata katarak. Saat kaki masih sanggup berjalan jauh kesana kemari tanpa kelelahan, kita tidak sadar betapa berharganya kaki itu hingga tiba-tiba patah, retak ataupun harus diamputasi. Saat jantung masih mampu memompa darah keseluruh tubuh, kita anggap biasa, sampai ketika gagal jantung, penyakit katup jantung yang membuat kita harus menjalani operasi.
Kita juga masih ingat sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas, Rasulullah SAW bersabda yang artinya “ Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara : (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) Hidupmu sebelum datang kematianmu.
Selagi masih ada kesempatan mari kita gunakan untuk beramal, berbuat baik dan beribadah untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki yang Allah janjikan. Jangan sampai timbul penyesalan, bukannkah penyesalan selalu datang terlambat ? Kesehatan bukanlah segala-galanya, tetapi segala galanya bukan apa-apa tanpa kesehatan.
Penulis: Nuraini, S.Ag