Surat untuk Irfan

Nama nya Irfan, seorang siswa yang ku temui kala berangkat kerja. Irfan adalah seorang siswa yang selalu mengingatkan ku pada awal perjuangan dulu di MTsN 1 Aceh Timur. Di sekolah yang sama, sambil mengayuh sepedanya yang butut Irfan selalu terlihat tegar dan kuat menghadapi hari-hariny. Padahal aku tau ada beberapa masalah yang terselip di segelintir kehidupannya. Setiap berangkat kerja, aku selalu menoleh ke arahnya, bukan apa-apa, hanya Ingin memastikan saja apakah Irfan baik-baik saja. Jika saja kita memiliki waktu Ingin sekali aku berbagi pengalaman kehidupan ku yang mungkin dapat menyemangatimu menghadapi kerasnya hidup ini. Perjuangan kita hampir sama, dulu aku adalah salah satu siswa yang kehidupannya sangat kurang mampu. Pergi ke sekolah naik sepeda, Uang jajan seadanya bahkan lebih sering tak punya. Pernah dalam perjalanan hendak ke sekolah seseorang bertanya padaku “Hendak pergi kemana kamu Rasyidin?” Aku jawab “Mau ke sekolah, memang nya kenapa? apa ada yang salah” dia menjawab “Kamu tidak mirip anak sekolah, Kamu mirip nya anak yang hendak pergi ke sawah” ledeknya. Itu adalah salah satu ledekan atau cacian yang aku terima dari sekian banyak yang aku hadapai, namun itu bukan menjadi penghalangku untuk menuntu ilmu. Kau tau Irfan, ayahku seorang petani biasa sedangkan ibuku seorang penumbuk kopi. Mereka berdua berjuang bekerja keras untuk menyekolahkan ku supaya jadi orang yang lebih baik. irfan, mungkin kita tidak seberuntung anak-anak lainnya, tapi kita harus berjuang sekuat tenaga dalam menuntut ilmu, kerena dengan ilmulah bekal yang bisa membawa kita menjadi lebih baik, dengan ilmu juga kita dapat mengangkat derajat keluarga kita.

Dulu sewaktu sekolah Di MAN Simpang Ulim yang sekarang berubah nama menjadi MAN 4 Aceh Timur. Aku adalah salah satu anak yang jarang sekali ke kantin. Kamu tau Irfan karena apa ? karena uang jajanku kurang bahkan sering kali tidak ada. Aku menyiasatinya dengan cara menyisihkan sebagaian uang jajan hari ini untuk jajan esok hari. Ketika di masa kuliah aku juga mendapatkan cacian hingga hinaan dari orang sekitar yang kadang membuat semangat ini menurun. Ada yang bilang ketika aku kuliah apakah orang tua ku sudah menyimpan lembu dan sawah untuk membiayai kuliah ku ? Sebegitunya perkataan orang karena meragukan ekonomi keluarga ku. Namun ketika saya melihat kesungguhan ayah dan ibu bekerja membiayai kuliah ku. Aku berfikir mereka saja yang sangat lelah dalam bekerja untuk membiayai kuliahku tidak menyerah dan terus berusaha lalu kenapa aku harus berhenti hanya karena cacian dan hinaan orang lain. Aku selalu berdoa agar kuliah ini dapat terselesaikan dengan baik, karena dengan ini impianku dan orang tua dapat tercapai. Pernah dalam sekali waktu pada saat kuliah tidak ada uang untuk mengeprint makalah, lagi-lagi saya mensiasatinya dengan menulis tangan makalah tersebut sebanyak 20 lembar. Jerih payahku terbayar dengan nilai yang aku dapatkan yakni dengan nilai A+.

Irfan, kita hidup di perkembangan zaman yang sangat berbeda dimana perjuanganmu akan lebih berat. Teknologi semakin meningkat dan skill manusia berbeda beda dan pasti rintangan tersendiri. Namun kita jangan pernah melupakan bahwasanya ada senjata seorang muslim yang sangat ampuh yang apabila dikerjakan dapat menembus langit bahkan mengguncang Arsy yaitu do’a orang tua. Usaha yang kita lakukan, doa yang kita panjatkan akan terasa kurang jika tidak dibarengi oleh doa dan restu orang tua. Maka berbaktilah Irfan, dengan itu jalanmu kedepan dalam menuntut ilmu akan terasa mudah. Satu hal yang sangat berkesan bagiku sewaktu menuntut ilmu di MTsN 1 Aceh Timur dalam satu waktu di hari sabtu tepatnya, saat semua siswa memakai seragam pramuka namun baju pramuka yang aku kenakan sudah sangat lusuh bintik-bintik hitam terlihat jelas di seragamku. Ibu Fauziah selaku wali kelas saya menghampiri seraya berkata, “Rasyidin apakah kamu tidak memilki baju lain?” Aku menjawab “tidak buk”. Di raut wajah nya, tergambarkan bahwa beliau sedih dan ingin sekali membelikan baju untukku, namun masih banyak siswanya senasib dengan ku sehingga beliau tidak dapat bertindak apapun. Kepeduliannya membuat aku menobatkan dirinya sebagai wali kelas terbaik dalam hidupku. Saat ini beliau berpindah tugas ke Langsa, aku hanya bisa berdoa semoga kebaikannya di hidupkan menjadikian dirinya senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah SWT.

Pesan saya Irfan, Jangan Pernah berhenti bermimpi. Impian itu adalah scrip dalam sinetron yang sutradara nya adalah Allah dan kita sebagai pemainnya serta keluarga adalah penyunting akhirnya. Jika nanti engkau menemukan rintangan dalam mewujudkan impian mu, maka anggaplah semua itu pemeran pembantu,
karena pemeran utamanya adalah dirimu. Kamu tau Irfan, kepala madrasah kita Drs Saifullah MN, di akhir nama nya ada huruf MN, itu bukan gelar melainkan nama ayah nya yaitu Muhammad Nur yang apabila disingkat menjadi MN. Lihat saja bagaimana ke kesuksesan beliau sekarang, disegani oleh banyak orang, kehadirannya nya membawa perubahan besar. Itu karena beliau selalu membawa serta nama orang tuanya. Intinya beranilah bermimpi dalam hidup dan jika mimpi itu ingin di wujudkan bangunlah lalu kejar mimpi itu. Dikarenakan tidak adanya waktu untuk kita bertemu, semoga tulisan ini dapat membangkitkan semangatmu dalam mencapai mimpimu. Aku memang belum sesukses orang lain, tapi bagiku sukses adalah perjalanan hidup yang di lalui serta dapat membawa perubahan dalam diri kita ke arah yang lebih baik. Akhir kata aku hanya dapat berdoa untuk kesuksesanmu Irfan dan jangan menyerah pada keadaanmu sekarang. Tulisan ini dari seorang yang biasa di panggil Raju. Bukan nama aslinya tapi merupakan singkatan dari nama ayah (Razali) dan ibu (Juariah).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *