Guru Merdeka Mengajar
Guru diibaratkan seperti petani yang berperan untuk memupuk, merawat dan menjaga tanaman agar tidak layu dan mati. Peserta didik di ibaratkan seperti tanaman (jagung, padi, gandum dll) . Oleh karena itu guru mempunyai peranan yang penting untuk bisa menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan bermanfaat bagi orang lain. Seorang petani jagung tidak akan mungkin menghasilkan padi pada saat memanen. Hal ini dikarenakan setiap peserta didik memiliki kodrat alamnya masing-masing. Sehingga sudah sepatutnya sebagai guru untuk tidak pernah membandingkan sesama peserta didik, karena peserta didik itu unik.
Seorang peserta didik memiliki potensi dan minat bakatnya masing-masing. Seorang guru tidak boleh memaksakan peserta didik yang tidak menyukai pelajaran tertentu. Tetapi ada bidang lain yang dia sukai dan kuasai misalnya seperti PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan), Seni Budaya dan lain sebagainya. Namun jika peserta didik tidak menyukai pelajaran umum lainnya bukan berarti harus mengabaikannya.
Hal ini diibaratkan seperti seekor ikan, tidak mungkin kita memaksa seekor ikan untuk memanjat. Beda halnya jika kita mengajarkan seekor ikan untuk berenang. Tanpa perlu diajarkan pun ikan tersebut sudah menguasainya. Banyak guru yang belum paham dan menguasai konsep ini, karena guru sebagian besar jarang sekali melihat dari sisi peserta didik. Bagaimana kehidupan peserta didik di rumah, kegiatannya apa saja, bagaimana perlakuan dari kedua orang tuanya, bagaimana kondisi ekonomi keluarganya, dan lain-lain. Karena hal ini mempengaruhi sikap dan perilaku peserta didik di sekolah. Konsep ini seperti konsep kausalitas (sebab-akibat), dan sikap peserta didik merupakan cerminan dari sikap orang tuanya.
Kita dapat mengambil pelajaran dari Profesor Yohanes Surya yang mengajarkan sains dan matematika di beberapa SMA di Jayapura, Papua. Tak seperti anggapan orang tentang anak Papua yang tertinggal dan bodoh. Prof. Yohanes Surya dengan tangan dinginnya, justru berhasil membuktikan bahwa mereka tidak hanya cerdas, namun juga memiliki logika berpikir yang baik. “Kami tertantang untuk mengorbitkan anak-anak Indonesia Timur ini. Waktu itu orang beranggapan bahwa anak Papua sangat tertinggal. Kami mengunjungi beberapa SMA di Jayapura dan mengadakan tes seleksi. Tidak seperti anggapan orang, ternyata anak Papua cerdas-cerdas, logika berpikirnya bagus. Beberapa anak terpilih ini dilatih,” kata Surya kepada laman Medcom.id, Selasa, 27 Agustus 2019. Di luar anggapan banyak orang, anak-anak Papua memiliki kegigihan dan semangat luar biasa. Usahanya mendidik anak-anak Papua selama tiga tahun kala itu pun membuahkan hasil. Beberapa dari mereka mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Lalu pada 2004, Septinus George Saa salah satu anak didiknya meraih medali emas dalam The First Step to Nobel Prize in Physics. Ini adalah salah satu bukti bagaimana seorang guru mempunyai peranan yang penting menumbuh kembangkan bakat peserta didik dan memaksimalkan potensi yang dimiliki.
Konsep merdeka belajar sangat diperlukan di era digitalisasi sekarang ini. Sekolah harus bisa memfasilitasi minat dan bakat seorang peserta didik dengan baik, dan sebagai seorang guru sudah sepatutnya memahami kemampuan peserta didik dalam menemukan jati dirinya serta memiliki peran untuk bisa melakukan pembelajaran yang berdifferensiasi sehingga guru bisa memenuhi kebutuhan belajar murid dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah itu sendiri.
Penulis : Finsa Firlana Gusmara, S.Si
Editor : Devi Firmansyah, S.Si & Khairani, S.Pd