Kerang, Murahnya Hargamu, Mengubah Siswaku (Part 3)
Cerita ini mungkin tak lagi menarik untuk di baca, tapi tanganku terlalu gatal untuk membiarkannya begitu saja. Setelah seminggu lalu aku mendapati Foujar tak hadir mengikuti ujian. Padahal sehari sebelumnya aku menyerahkan formulir penerimaaan siswa baru untuknya yang di titipkan MAN Simpang ulim pada madrasahku.
Aku kirimkan pesan singkat menanyakan ketidakhadirannya pada ujian tersebut. Tak lupa juga aku tanyakan mengenai formulir yang aku berikan apakah telah terisi atau belum. Ku dapati pesan tersebut baru terbalas pagi harinya. Ternyata ia lupa akan jadwal ujiannya dan meminta izin untuk ujian ulang. Namun pesan selanjutnya membuat aku bingung,
“Pak maaf ya pak saya tidak sekolah disini pak”
“Sekolah di kampung kk”.
Karena bingung, aku tak lagi membalas pesan tersebut, ku tunggu ia hadir ke sekolah untuk mengikuti ujian susulan. Saat selesai ujian aku menanyakan maksud pesan yang ia kirimkan pagi tadi. Aku awali dengan menanyakan formulir yang aku berikan padanya.
Aku: “Mana formulir yang kemarin saya berikan ke Foujar?”
Foujar: “Gak saya bawa pak”
Aku: “Kenapa?”
Foujar: “Saya gak nyambung sekolah disini pak?
Aku: “Kamu gak mau sekolah di MAN Simpang ulim?” terus kamu mau sekolah dimana?
Foujar: “Mau ikut kakak pak”
Aku: “Ikut kemana?”
Foujar: “Calang pak?”
Aku: “Calang Aceh Jaya?”
Foujar: “Iya pak”
Jelas aku kaget mendengarnya, padahal sudah ada yang akan menanggung semua perlengkapan sekolahnya jika ia melanjutkan pendidikannya di MAN Simpang Ulim. Untuk memastikannya kembali aku tanyakan padanya.
Aku: “Kakak yang Foujar maksud itu siapa?”
Foujar: “Adek mamak saya pak”
Aku: “Kenapa Foujar mau ikut kesana?
Foujar: “Saya bisa sambilan kerja disana pak”
Aku: “Kerja apa?”
Foujar: “Jaga warung nasi pak, besok siang habis ujian saya mau berangkat kesana naik l300.
Lagi-lagi aku terkejut mendengarnya. Lalu aku memintanya besok setelah ujian untuk menungguku. Ada yang ingin aku berikan padanya. Ya tentu saja titipan seorang dermawan padaku.
Esok harinya setelah selesai ujian aku mengantarkannya pulang kerumah dengan tujuan akan memberikan titipan tersebut sembari melihat keadaan rumah Foujar seutuhnya. Ingin ku jumpai neneknya untuk menjelaskan maksud ke datanganku. Tapi hanya ada sepasang suami istri yang sedang memecahkan es untuk dagangan ikannya.
Foujar telah menceritakan kedua orang tersebut padaku beberapa waktu lalu, sehingga saat aku melihatnya aku dapat menebaknya dengan cepat. Ku ucapkan salam sambil menjelaskan maksud kedatanganku. Ingin rasanya aku masuk kerumahnya namun tak ada yang mempersilahkanku.
Titipan ini rencananya akan ku jelaskan pada nenek dan “kakak” yang ia maksud. Ternyata mereka tak berada di tempat. Lalu aku pun menyerahkan langsung titipan tersebut padanya. Aku memintanya untuk menggunakan uang tersebut sebagai keperluan sekolahnya. Tampak kecerian diwajahnya saat menerima bantuan tersebut. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih sambil mencium tanganku.
Kini Foujar telah melanjutkan hidupnya di ibu kota Aceh Jaya. Aku hanya dapat menitipkan pesan untuknya agar terus menuntut ilmu di manapun ia berada. Sehingga harapanku saat kami bertemu lagi ia telah dalam keadaan sukses dan menjadi pribadi yang lebih baik. Adapun pelajaran akhir yang dapat ku petik adalah
1. Tak selamanya apa yang kita rencanakan akan sesuai dengan apa yang terjadi, tapi yakinlah Allah selalu memiliki jalan untuk kebaikan umatnya.
2. Niat Kebaikan yang akan kita lakukan belum tentu dapat kita laksanakan, tapi yakinlah bahwa Allah telah mencatat niat tersebut sebagai suatu amal kebaikan yang akan menolong kita di hari akhir kelak.
