Seperti Seharusnya
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar guru bertindak sebagai pendidik. Bertutur kata dan bertindak selalu yang baik. Guru tidak boleh menghukum secara fisik, tapi dengan teguran dan nasehat-nasehat, sesekali memberikan hadiah bagi siswa yang berprestasi.
Guru harus memahami bahwa di dalam kelas semua peserta didik adalah sama, tidak ada pilih kasih sehingga tidak cenderung pada peserta didik tertentu, yang akan memicu rasa cemburu dan tercipta ketidaknyamanan dalam pembelajaran. Tingkah laku dan perilaku guru di kelas sangat penting dan sangat berpengaruh bagi peserta didik, apalagi bila berkaitan dengan pendidikan moral.
Perlu dipahami bahwa “Metode Teladan tidak Membutuhkan Penjelasan” dan kita selaku pendidik sangat setuju bukan dengan pernyataan diatas. Banyak ditawarkan teori-teori tentang suatu kebaikan yang ada didalam buku-buku, artikel bahkan perdebatan terhadap suatu nilai bisa disaksikan di layar televisi. Melihat minat baca peserta didik yang sangat menurun maka alangkah butuhnya mereka terhadap keteladanan dari guru, orang tua dan masyarakat lingkungan sekitarnya. Bukankah suatu perbuatan lebih besar dan dahsyat pengaruhnya dibanding ucapan? Sering kita mendengar orang Aceh mengatakan ”Meo bak peugah haba Tiong pih jeut (kalau hanya sekedar berbicara burung Beo pun bisa)” tapi mana bukti nyata yang bisa dipertanggung jawabkan.
Suatu hari Umar bin Utbah berkata kepada guru anaknya: “Hal pertama yang harus anda lakukan dalam mendidk anakku yaitu memperbaiki dirimu sendiri, karena matanya melihatmu. Kebaikan baginya adalah apa yang kau lakukan dan keburukan adalah apa yang kau tinggalkan.”
Sebelum mengambil keputusan menjadi seorang guru, tentu kita sudah paham betul dengan segala konsekwensi yang akan terjadi. Sudah siapkah kita menjadi figur yang digugu dan ditiru serta menjadi teladan dalam kehidupan mereka. Tugas kita tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan tapi jauh dari itu menjadikan mereka manusia–manusia yang berakhlakul karimah dan memiliki bekal bila terjun dalam masyarakat.
Rasullullah merupakan teladan bagi kaum muslimin tercantum dalam QS. Al-Ahzab;21 “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” Beliau teladan dalam keberanian, kebenaran, pemaaf, rendah hati dalam pergaulan dengan tetangga, pada sahabat dan juga pada keluarganya. Hendaknya, pendidik harus meneladani Rasulullah SAW dalam segala aspek kehidupan. Sehingga apapun yang kita lakukan akan menjadi ladang pahala mencapai keridhaanNya.
Dalam syair Arab juga disebutkan: “ Perbuatan satu orang dihadapan seribu orang lebih baik dibanding perkataan seribu orang di hadapan satu orang.” Mungkin peserta didik bisa lupa perkataan gurunya, tapi yakinlah mereka tidak akan pernah melupakan sikap dan perbuatan gurunya. Betapa kita sangat membutuhkan pendidik yang shalih dalam akhlak, perbuatan, sifat yang bisa diteladani oleh peserta didik.
Allah mencela orang-orang yang mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan: Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Terjemahan dari QS. Ash-Shaf;2. Jangan pernah melarang sesuatu yang kita sendiri melakukannya dan begitu juga sebaliknya. Salah satu sebab penyebaran Islam mudah diterima pada masa Rasul karena beliau konsisten dengan perbuatan dan perkataannya.
Akan sangat sia-sia bila guru mengajarkan kebaikan jika ia sendiri bukan sosok pribadi yang baik. Pribadi pendidik yang baik mengajar dan mendidik dengan perkataan dan perilaku yang baik dihadapan peserta didiknya. Disengaja ataupun tidak disengaja, disadari ataupun tidak peserta didik selalu belajar dari figur guru dan orang-orang yang dianggapnya baik. Dengan demikian, harus ada banyak sosok guru, kepala sekolah, orang tua dan masyarakat yang benar-benar baik dan shalih, sehingga peserta didik selalu belajar nilai-nilai dan perilaku baik dari sebanyak mungkin figur. Peserta didik yang masih dalam proses pencarian jati diri membutuhkan contoh nyata tentang kebaikan melalui sikap dan perilaku orang dewasa. Hal ini lebih mudah dan efektif dibanding sekedar ucapan dan tulisan. Sehingga visi dan misi dari sekolah untuk melahirkan lulusannya berbudi luhur dan berakhlakul karimah dapat terealisasi.
Perkataan tidak akan menjadi apa-apa jika tanpa aksi, seberapa kuat keinginan merealisasikan hal tersebut itu ada pada diri kita sebagai pendidik. Bahkan tanpa bicara sekalipun, perbuatan akan berbicara menjadi bukti untuk banyak hal.
Tulisan ini diambil dari buku Manajemen Pendidikan (Teori, Kebijakan, dan Praktik) karangan Jejen Musfah. Tadi pagi secara tanpa sengaja ketika ingin menyusun buku–buku di rak terlihat buku ini dan saya membacanya. Inti dari pembahasannya sedikitnya tertuang dalam tulisan ini. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui sesama pendidik, tapi hanya sekedar menyampaikan ilmu dan informasi yang saya peroleh. Kiranya ada manfaat yang bisa sama-sama kita ambil untuk kearah yang lebih baik.