Cerita Ramadhan

Kerinduan pada bulan suci Ramadhan akan segera terobati, hanya tinggal hitungan hari saja. Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa, kenapa? Semua orang yang mengaku dirinya Islam pasti akan sangat gembira menyambut kedatangannya, bulan magfirah, bulan punuh rahmat, bulan yang didalamnya terdapat malam yang sangat istimewa yaitu malam lailatul qadar dan juga bulan diturunkannya Al-quran. Karena kemuliaan bulan tersebut  maka sudah sepatutnya sebagai umat Islam  mempersiapkan diri dan keluarga.

Ramadhan tahun ini adalah ramadhan yang kesekian kali tanpa kehadiran ibu.  Masih jelas tergambar bagaimana suasana ramadhan ketika ibu masih ada.

Aku tidak tahu jam berapa ibu bangun untuk menyiapkan makan  sahur. Yang kutahu ibu akan mengetuk pintu kamarku tepat jam 04.00 pagi.  Juga membangunkan anggota keluarga lainnya. Mungkin karena aku anak bungsu sehingga aku diperlakukan  sedikit manja walaupun  sudah bersuami. Terdengar suara para  pemuda  dari menasah desa  meneriakkan  “ sahur.. sahur  ayo sahur.  Jam sudah menunjukkan pukul empat lewat lima menit, bangun.. sahur “ begitulah cara mereka membangunkan  warga desa  untuk menjalankan sahur.  “ waktu sahur tinggal sepuluh menit lagi, jangan lupa berniat untuk  berpuasa esok hari”  berkali kali  teriakan itu diulang  hingga waktu imsakpun tiba.

Menjelang sore hari, ibu mulai sibuk dengan aktivitasnya. Mulai merancang menu untuk berbuka. Menu favorit ibu adalah Kanji, jenis makanan dari beras yang dimasak menjadi bubur ditambah bumbu, santan sedikit, wortel, kentang , udang  dan terakhir ditaburkan daun seledri. Boh Rom-Rom dan pisang goreng juga termasuk makanan kesukaannya. Ibu akan menyiapkan minuman berbuka berupa air parutan timun yang dicampur dengan lengkong, kolang kaling dan  sirup kurnia. Nikmatnya luar biasa untuk menghilangkan dahaga setelah berpuasa sehari penuh.

Aku senang ibu mengenakan mukenah pemberianku untuk melaksanakan shalat Tarawih di menasah yang tidak jauh dari rumah. Sebelum azan berkumandang kami sudah berada di sana. Mencari tempat yang nyaman, dekat dengan kipas angin. Angin sepoi-sepoi bisa kami rasakan dari hembusannya sehingga keringat tidak bercucuran mengalir membasahi tubuh.  Shalatpun terasa lebih kusyuk.

Selesai shalat ibu tidak langsung pulang, beliau akan duduk sebentar di kios Nek In untuk menghirup udara malam  dan merilekkan tubuh yang seharian bekerja. Kemudian mengaji sebentar ditemani kacamata minusnya dan akan tidur  bila mata sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Tidak pernah terdengar kata-kata mengeluh terucap dari bibir beliau. Kesabarannya luar biasa, semua dilakukan karena kewajiban dan rasa sayang yang mendalam kepada keluarga.

Semua itu tidak akan terulang, hanya tinggal kenangan.  Sekarang aku bisa merasakan perasaan  senang dan bahagia ketika  menyiapkan makanan sahur dan berbuka untuk keluarga. Ketika sibungsu aku  bangukan dan harus disuapi  makan sahur dengan mata yang masih terpejam.  Ketika tadarus  dan tarawih bersama atau ketika berbagi makanan saat berbuka. Rasa  kebersamaan  yang luar biasa dengan keluarga. Perasaan yang sama yang pernah ibu rasakan juga bukan? kini baru aku bisa maknai semua  apa yang telah ibu lakukan setelah ibu tiada. Aku ingin bercerita banyak, tentang kebahagiaan, keluarga, dan juga tentang kesedihanku. Aku tidak mengeluh bu, aku hanya ingin tidur dalam pangkuan ibu sebentar saja merasakan tangan lembut ibu mengelus kepalaku dengan rasa sayang.  Semua itu kurindu ibu …

Seperti biasa disetiap Ramadhan,  aku belikan ibu mukenah dan sarung baru. Meskipun ibu menolak “ tidak usah kamu belikan ibu mukenah dan sarung lagi, di lemari mukenah ibu sudah banyak”  aku akan memaksa ibu memakainya. Setelah ibu tiada, kebiasaan itu masih aku lakukan, aku sedekahkan dan niatkan pahala  untuk ibu,  semoga dosanya diampuni dan  pahalanya akan mengalir  untuk  ibu. Tempatkan ibu di syurga Mu.

 Berilah  kesempatan dan kesehatan untuk bisa menjalani puasa tahun ini ya Allah. Bukalah pintu taubat, pintu magfirah dan pintu rahmatMu kepada keluargaku. Berilah  kami kebahagiaan di dunia, kebahagiaan di akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *