If There Is a Will, There Is a Way

Manusia adalah makhluk sosial, yang artinya manusia itu tidak bisa hidup sendiri, melainkan membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Aristoteles melalui ungkapan zoonpoliticon. Zoonpoliticon berarti bahwa manusia ditakdirkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan manusia lainnya.

Oleh karena itulah, manusia tidak dapat dipisahkan dari kelompok masyarakat, karena memiliki naluri untuk hidup dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dalam Islam, hal ini juga dikenal sebagai Habluminannas atau hubungan dengan sesama manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial seseorang, yaitu dengan berorganisasi.

Organisasi adalah suatu kumpulan dari dua orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama. Organisasi juga merupakan wadah yang di dalamnya memiliki pemimpin, struktur organisasi beserta tugas masing-masing yang jelas dari setiap anggotanya demi mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Organisasi ke clas merupakan salah satu organisasi yang terdapat di madrasah. Kelas itu sendiri biasanya terdiri dari wali kelas, ketua kelas, sekretaris, bendahara, ketua bidang, hingga anggota setiap bidang yang memiliki tujuan yang sama, yaitu demi menciptakan kelas yang ideal dalam proses belajar mengajar di madrasah.

Seorang peserta didik, tidak hanya dituntut untuk mampu secara akademik, namun juga harus mampu secara sosial, karena pada akhirnya, peserta didik tersebut akan kembali dan menjadi bagian dari masyarakat. Kurangnya kemampuan sosial seseorang, maka akan mengakibatkan kurangnya hubungan silaturahmi antar sesama manusia. Ketika silaturahmi berkurang, maka akan terciptalah generasi yang hanya mementingkan kepentingan pribadinya saja tanpa memedulikan kepentingan orang lain.

Oleh karena itu, tugas seorang  guru atau pendidik sejatinya tidak hanya mencerdaskan anak bangsa dari segi akademiknya saja, melainkan juga kemampuan sosial yang mumpuni harus diajarkan kepada peserta didik. Meskipun begitu, masih ada guru/pendidik yang tidak menganggap penting suatu proses pembelajaran kemampuan sosial tersebut. Terlebih lagi ketika banyaknya kegiatan pembinaan organisasi yang berlangsung berbarengan dengan proses belajar mengajar di kelas, seperti rapat-rapat organisasi, perencanaan, dan persiapan suatu program hingga pelaksanaan program tersebut. Padahal kita sadar, bahwa demi kesuksesan suatu kegiatan/program, haruslah memiliki persiapan yang matang sebelumnya. Hal ini juga merupakan tantangan bagi peserta didik dalam membagi waktu untuk memperdalam kemampuan sosialnya.

Di antara banyak cara, salah satu yang bisa dilakukan oleh seorang pendidik adalah mempersiapkan suatu organisasi yang pantas bagi peserta didiknya menimba ilmu sosial secara langsung. Organisasi  siswa  yang  terbesar  dalam  suatu  sekolah/madrasah adalah Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM) yang di dalamnya terhimpun dari seluruh siswa/peserta didik di madrasah tersebut. Oleh karena itu, seorang ketua OSIM tidak hanya memimpin pengurus OSIM-nya saja, namun dia juga merupakan pemimpin dari seluruh siswa yang belajar di madrasah tersebut.

Beberapa orang percaya bahwa para pemimpin sejati dilahirkan secara alami berdasarkan situasi dan kondisi yang berlaku, bukan ditunjuk dan ditentukan oleh pemimpin yang sebelumnya. Hal inilah yang dialami oleh penulis dalam salah satu kegiatan pembinaan organisasi di madrasah.

Pada tahun 2022, penulis masih dipercayakan sebagai pembina OSIM MTsN 1 Aceh Timur. Tugas pertama penulis sebagai pembina OSIM pada awal tahun 2022 adalah mengadakan pemilihan ketua OSIM MTsN 1 Aceh timur yang baru untuk periode 2021/2022 demi melanjutkan estafet kepemimpinan OSIM yang sebelumnya. Pemilihan  ini seharusnya dilaksanakan  pada tahun  2021,  namun karena pandemi masih melanda, acara tersebut tertunda hingga tahun 2022.

Ada yang berbeda dalam pemilihan ketua OSIM kali ini, yaitu dengan mengadakan Pemilihan Raya (Pemira) yang calon ketuanya dipilih oleh seluruh siswa MTsN 1 Aceh Timur secara digital dengan metode elektronik voting (e-voting), setelah sebelumnya ketua OSIM dipilih dengan cara musyawarah dari perwakilan peserta didik yang ditunjuk setiap kelas kelas. Sebelum siswa memilih calon, panitia pemilihan mengadakan rekrutmen calon ketua OSIM dari setiap kelas 1 dan kelas 2 saja disebabkan siswa kelas 3 akan menghadapi ujian madrasah, sehingga tidak mungkin lagi untuk aktif dalam menjalankan kepengurusan OSIM selanjutnya.

Tak perlu waktu lama, hanya dalam waktu 3 hari sudah terdapat 41 orang siswa yang yang mendaftar menjadi Bakal Calon (Balon) Ketua OSIM yang selanjutnya akan diuji kelayakan, yaitu tes mengaji (karena mutlak hukumnya seorang ketua OSIM MTsN 1 untuk bisa mengaji) dan wawancara untuk melihat kriteria kepemimpinan yang terdapat dalam diri pendaftar.

Ketika tiba harinya fit and proper test, ada hal menarik yang penulis temui. Sebelumnya, penulis selaku pembina OSIM telah mempersiapkan dan membina beberapa siswa sebagai calon ketua yang merupakan pengurus OSIM sebelumnya (sudah bergabung dengan OSIM dari kelas VII) demi melanjutkan estafet kepemimpinan dan antisipasi seandainya tidak ada satu pun siswa lain yang berminat untuk mendaftar. Namun penulis dikejutkan dengan antusiasme siswa yang tinggi untuk menjadi calon ketua OSIM selanjutnya dan mereka semua diberikan kesempatan yang sama untuk bersaing secara adil demi terpilihnya seorang ketua OSIM yang mumpuni.

Ketika proses uji kelayakan itu sedang berlangsung, tiba-tiba seorang siswa menjumpai penulis dan meminta untuk turut diuji sebagai salah seorang yang mengajukan dirinya untuk menempati jabatan tertinggi dalam organisasi siswa terbesar di MTsN 1 Aceh Timur tersebut. Namun penulis sebagai pembina OSIM tidak serta- merta menerima dirinya yang notabenenya dicap oleh guru-guru sebagi siswa yang “aktif” (bandel). Malah ada beberapa guru yang dengan tegas melarang dia untuk diuji.

“Jangan  terima  dia,  Pak,  hancur  OSIM  nanti  jadinya,  masuk kamu,” panggil guru-guru tersebut.

Penulis pun memintanya untuk kembali ke kelas. Dengan alasan, “Pendaftaran sudah dibuka selama 3 hari, kenapa baru sekarang kamu mendaftar?”

Dia pun menjawab, “Saya tidak tahu, Pak. Kemarin saya tidak hadir ketika Bapak umumkan di kelas.”

“Saya tidak hanya umumkan d ikelas, namun juga saya tempel di mading dan di tempat-tempat umum lainnya. Kenapa tidak kamu baca?”

Dia tidak bisa menjawab dan kemudian dengan langkah lunglai dan wajah yang lesu dia pun kembali masuk kelas untuk melanjutkan kegiatan belajar. Hal ini terjadi akibat masih rendahnya tingkat kesadaran literasi dan budaya membaca kita. Padahal bisa saja dari tulisan-tulisan kecil yang kita lewati dan anggap tidak penting tersebut, sebenarnya adalah sebuah kesempatan besar yang  bisa merubah hidup kita.

Namun bukan Muhammad Maulidin namanya kalau dia mudah menyerah. Larangan-larangan tersebut seakan semakin memacu dirinya, untuk membuktikan bahwa dia bisa berubah dan menjadi seorang pemimpin yang layak bagi teman-temannya. Dia pun kembali menjumpai penulis dan meminta untuk diuji. Lagi-lagi penulis masih menolak untuk mengujinya dan mengira dia hanya main-main saja. Penulis sebelumnya tidak terlalu mengenal karakter Maulidin sebagai siswa, disebabkan penulis tidak mengajar di kelasnya. Hanya mengetahui dia sebagai anak yang banyak bercanda dan selalu bermain-main selama aktivitas belajar.

Walaupun kembali ditolak, ketika proses uji kelayakan hampir selesai dan hanya meninggalkan beberapa siswa saja, Maulidin kembali menjumpai penulis dan meminta untuk diuji. Tergerak dengan  usahanya  yang  ke sekian  kali,  setelah  berdiskusi  dengan pewawancara, penulis pun akhirnya menerima dia untuk diuji. Tak dinyana, ternyata hasil tes mengajinya hampir mendekati sempurna, berdasarkan pengalamannya dulu ketika belajar untuk menjadi seorang qari. Lebih lanjut lagi, hasil wawancaranya pun merupakan salah satu yang terbaik di antara bakal calon lainnya. Berdasarkan hasil uji kelayakan tersebut, terpilihlah ia beserta 7 orang lainnya menjadi calon ketua dan wakil ketua OSIM MTsN 1 Aceh Timur periode 2021/2022. Menilik dari hasil wawancara, M. Maulidin pun dipaketkan dengan Ulfa Andriya Muna yang didapuk sebagai wakilnya.

Dari hasil tersebut, penulis bersama dengan tim pewawancara lainnya sadar terhadap potensi yang dimiliki oleh Maulidin. Namun setelah calon-calon tersebut diumumkan, masih juga ada yang sangsi akan kemampuan Maulidin dan meragukan keseriusan dia. Namun penulis hanya menjawab, “Mereka sudah melewati proses fit & proper test, Pak, Bu. InsyaAllah mereka layak dan sudah dipadukan dengan pasangan yang dirasa paling sesuai berdasarkan kemampuannya masing-masing.” Beliau pun menjawab, “Baik, Pak, semoga saja. Maulidin, kamu jangan main-main lagi, karena sudah terpilih sebagai calon ketua OSIM. Tunjukkan kamu layak untuk dipilih.”

“Baik, Bu, siap, Pak,” jawab Maulidin kemudian.

Setelah ditetapkan sebagai calon ketua dan wakil ketua OSIM, selanjutnya mereka akan mengikuti debat kandidat. Pada kesempatan inilah, waktu bagi mereka untuk memaparkan visi dan misi ketika nantinya terpilih sebagai ketua dan wakitl ketua. Ini juga merupakan tempat bagi setiap calon menunjukkan bahwa mereka layak untuk dipilih. Maulidin dan Ulfa pun menyampaikan visi dan misi mereka dengan jelas dan terarah bersama dengan tiga pasangan calon lainnya. Mereka pun mampu menjawab semua pertanyaan dengan lugas, baik dari panelis, maupun dari lawan-lawannya. Melihat kemampuan Maulidin dan Ulfa dalam menyampaikan visi dan misi, beserta dengan segala pertanyaan bisa dijawab dengan tepat, keraguan terhadap Maulidin mulai terbantahkan. Dukungan demi dukungan pun berdatangan, baik dari para guru maupun dari teman sejawat.

Hari Kamis, 10 Februari 2022, di bawah guyuran hujan di pagi hari, waktu untuk Pemilihan Raya Ketua OSIM MTsN 1 Aceh Timur pun tiba. Pemilihan tersebut dimulai dengan para pasangan calon memilih terlebih dahulu, baru kemudian dikuti oleh kelas VII, kelas VIII, dan terakhir kelas IX.

Dengan hati yang berdebar-debar, para pasangan calon menunggu setiap siswa memberikan suaranya dalam bentuk e- voting di laboratorium komputer MTsN 1 Aceh Timur. Berbarengan dengan bel pulang sekolah, pemilihan pun selesai. Seluruh siswa yang hadir, telah memilih dan memberikan suaranya. Namun banyak juga yang tidak bisa hadir disebabkan hari hujan. Meskipun hasil telah diperoleh, pengumuman ketua dan wakil ketua OSIM terpilih ditunda hingga hari Senin.

Senin, 14 Februari 2022. Di belahan dunia lain, banyak yang mengatakan 14 Februari sebagai Hari Kasih Sayang dan merayakannya bersama pasangan. Namun bagi Maulidin, tanggal tersebut merupakan hari yang bersejarah, karena hari tersebut adalah momen terjadinya perubahan terbesar dalam hidupnya. Di lapangan upacara MTsN 1 Aceh Timur, di hadapan seluruh siswa- siswi, dewan guru dan tenaga kependidikan, Drs. Saifullah M.N. kepala MTsN 1 Aceh Timur mengumumkan ketua dan wakil ketua OSIM MTsN 1 Aceh Timur terpilih periode 2021/2022. Nama M. Maulidin dan Ulfa Andriya Muna pun bergema, dengan perolehan suara 252 suara (55%) dari total 458 siswa yang menggunakan hak pilihnya. Diiringi dengan tepuk tangan dan riuh sorak-sorai, Maulidin dan Ulfa ditetapkan sebagai ketua dan wakil ketua OSIM MTsN 1 Aceh Timur, semua keraguan terhadap dirinya pun terbantahkan.

Namun akhir dari Pemilihan Raya ini hanyalah langkah awal bagi Maulidin dan Ulfa dalam memimpin organisasi siswa terbesar di MTsN 1 Aceh Timur tersebut. Masih banyak tugas dan tanggung jawab mereka kedepannya dalam membawa OSIM ke arah yang lebih baik lagi. Penulis berharap semoga mereka tidak berhenti berusaha, terus belajar, dan berjuang dalam membawa perubahan yang baik bagi diri mereka sendiri, pada khususnya dan OSIM MTsN 1 Aceh Timur pada umumnya.

Sebagaimana ketika mereka mendaftar sebagai calon ketua OSIM, pantang menyerah meskipun segala keraguan dan rintangan yang melanda. Ibarat pepatah if there is a will, there is a way (ketika ada keinginan, maka pasti akan ada jalan).

Tulisan ini telah dimuat dalam buku yang berjudul “Secuil Kisah Semesta Cinta” pada tahun 2022 lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *