Maret yang Tak Kuinginkan

Bukan hendak melawan takdir ataupun tak menerima kenyataan, tapi semua sudah ku ikhlaskan…

Kutuliskan kisah ini sebagai kenangan, agar tak hanya menjadi memori di ingatanku saja. Karena bisa saja sewaktu-waktu aku melupakannya. Aku berusaha mengabadikan kisah ini dalam tulisanku. Agar terus hidup dari waktu ke waktu.

Hari itu, Tepatnya tanggal 9 maret 2015, 8 tahun yang lalu pukul  23:45 Wib, tiba-tiba suara handphone ku berbunyi.

Ku tatap layah handphone ku muncul nama suamiku, Dengan senang hati segera aku terima panggilan tersebut.

Tapi seketika hatiku terasa hancur, bukan suara suami yang aku rindukan melainkan suara orang lain. Ia memberi kabar bahwa suamiku tengah mengalami kecelakaan, karena nomor terakhir yang dihubungi adalah nomor HP ku maka ia segera meneleponku.

“Assalamualaikum” Katanya memberi salam dari handphone suamiku.

“Waalaikumsalam” Jawabku sambil kebingungan mendengar suara yang asing itu.

“Apakah kakak kenal dengan yang punya no hp ini?” Tanyanya

“Kenal, memang kenapa… dia ayah dari anak saya.” Jawabku semakin curiga

“Oooo… kebetulan kalau begitu, kakak cepat kesini, suami kakak kecelakaan di jln. Medan – B.Aceh. Tepatnya di tikungan lewat Dayah Abu Paya Pasi. Kalau bisa kakak cepat pergi kemari. Kakak langsung ke Pukesmas Julok karna korban langsung kami bawa ke pukesmas.” Katanya menjelaskan keadaan di sana.

Setelah memberikan kabar tersebut hp langsung dimatikan, dalam  hati berharap bahwa bukan suami yang kecelakaan.

Saat itu juga aku begitu panik, langsung membangunkan bapak yang saat itu sudah tertidur pulas. Lalu kuberitahu tentang kabar yang kuterima dari seseorang melalui handphone. Bapak juga sangat terkejut mendengarnya. Dan langsung memberitahu ketetangga, singkat cerita kami segera pergi dengan menggunakan 2 motor menuju Pukesmas Julok.

Setibanya di tikungan Julok Paya Pasi kami melihat masih ada Polisi di lokasi kejadian. Terlihat sedang sibuk. Menandakan bahwa ada kecelakaan yang baru saja terjadi. Dalam hati masih tetap berharap bukan suamiku yang terlibat dalam kecelakaan tersebut.

Setiba di Pukesmas Julok, Aku langsung masuk ke salah satu ruangan. Dan melihat bahwa memang benar suamiku yang mengalami kecelaaan hebat sampai tak sadarkan diri. Karena keluarga korban sudah tiba di Puskesmas, maka dari pihak Pukesmas langsung membuat surat rujukan. Ternyata Suamiku harus segera dibawa ke Idi. Aku dan Bapak langsung ikut naik ke mobil Ambulans.

Sampai di RSUD Zubir Mahmud Idi. Hanya diperiksa di IGD dan pihak RS menyatakan tak sanggup, dan harus dirujuk lagi ke RSUD Kota Langsa. Tepat pukul  03:00 Wib  kami naik lagi ke dalam ambulan menuju ke RSUD Kota Langsa.

Sesampainya di RSUD Kota Langsa, suamiku langsung diperiksa dan di masukkan di ruang ICU. Tidak ada perkembangan berarti selama di sini. Setelah mendapat perawatan intensif selama 2 hari 2 malam,  suamiku masih tidak sadarkan diri. Tidak ada perkembangan sama sekali.

Dokter pun membuat surat rujukan lagi ke RSUD Adam Malik Medan. Selama dirawat di RSUD Adam Malik, dihari ke 6 suamiku sempat sadarkan diri, dan menanyakan anaknya farhan. Aku benar-benar bersyukur saat itu.

Namun sayang, saat itu Farhan, buah hati kami semata wayang sudah dibawa pulang oleh tantenya. karena dokter berkata: ’’Jangan bawa bayi kemari, disini sumber penyakit.’’  Di sini kami tidak mendapat ruang, tidur saja diruang terbuka, kasian sekali bayiku. Walau dengan berat hati akhirnya Farhan dibawa pulang ke Simpang Ulim.

Singkat cerita, selama 7 hari suamiku dirawat di RSUD Adam Malik, pada hari ke 7 tepatnya tanggal 17 maret 2015. Selasa malam pukul 02:00 Wib, petugas dari lobi mengumumkan bahwa keluarga dari pasien yang bernama Husni Mubarak untuk segera menuju ke lobi.

Tak ada firasat apapun saat itu. Tak terpikirkan apapun selain dokter pasti menyuruh membeli obat diluar ataupun kebutuhan pasien telah habis. seperti tisu basah pempes dan lain-lain. Seperti biasa setiap  dipanggil ke lobi, hanya itu saja yang disampaikan.

Tapi malam itu, bukan hal tersebut yang disampaikan.

Tiba-tiba seorang dokter dan perawat mendekati saya sambil mengatakan:

“Ibu yang sabar ya.”

Akupun spontan menjawab “Ada apa sebenarnya ?”, “ Apa yang terjadi?”

Dan dokter berkata lagi “Maaf bu, suami Ibu tidak bisa diselamatkan.”

Pada saat itu saya tidak bisa berkata apa-apa selain beristighfar dan air mata yang terus menerus menetes tanpa henti.

Aku langsung menuju ke ruang perawatan. Kulihat jenazah suamiku ditutup dengan kain dan langsung didorong ke kamar jenazah. Akupun mengikuti dari belakang. Malam itu juga administrasi dibereskan dan ambulance disiapkan untuk membawa pulang jenazah menuju Aceh Timur desa Peulalu kecamatan Simpang Ulim.

Dan sekitar jam 08.30 Wib  kami sampai di rumah, di depan rumah sudah terlihat tenda-tenda yang sudah terpasang dan orang-orang kampung sudah berdatangan dan berkumpul dirumah. Melihat orang begitu ramai langkah kaki ku gemetaran dan jatuh pingsan tak sadarkan diri. Padahal sudah ku tahan dan ku usahakan jangan sampai pingsan.

Tak lama berselang, sekitar  1 jam, jenazah siap dimandikan dan kafani, aku pun mulai sadar dan teringat sosok bayiku yang yang tak kulihat dan kutimang sudah beberapa hari.

Dan orang-orang berkata:

“Meurumpok untuk terakhir kali” (bertemu untuk yang terakhir kalinya), teriris hati mendengarkan ucapan itu.

Bayiku Farhan, saat itu baru bisa berjalan selangkah demi selangkah  juga menghampiri jenazah ayahnya, dengan nada bahasanya yang masih polos sambil mencium wajah ayahnya dan berkata:

“Abu beudoh Abu.” (Abu bangun Abu…) semua orang menangis melihat tingkahnya.

Lalu jenazah disiapkan untuk segera dishalatkan dan dikebumikan.

Setiap hari kamis atau sore jumat kami selalu diajak sama farhan untuk kerumah Abunya (berziarah ke kubur) karena farhan tidak dibawa waktu pemakaman.

Sesingkat itu kami bersama, hanya waktu 3 tahun 3 bulan kami membina rumah tangga. Dan dikaruniai seorang putra, Allah memanggil suamiku kembali menghadapnya.

Semoga semua amal ibadahnya diterima disisi Allah dan ditempatkan di sebaik-baik tempat.

“Hidup memang tak selalu indah, tapi yang indah itu adalah hidup dalam kenangan.”

“Cinta adalah tamu yang selalu datang tanpa undang, tapi kepergiaannya tak pernah diharapkan.”

 “Dan sesungguhnya, hati akan merasa memiliki cinta, apabila cinta itu telah pergi”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *