Sapu Lidi

Entah kenapa, sapu lidi yang satu ini membuat  aku jatuh hati pada pandangan pertama. Ada apa dengan sapu lidi?  Penampilan dari sapu lidi ini yang menarik, membuatku penasaran.

Sepulang dari mengantar Wawa dan Dek Azka kembali ke  ma’had di Lhokseumawe, kami singgah makan nasi goreng Banda di kawasan Alue Puteh. Ketika hendak memarkirkan mobil tanpa senjaga pandanganku tertuju pada toko di depan. Dan ups… ada sapu lidi sama persis yang aku pernah lihat sebelumnya. Waktu itu aku meminta suami  berhenti sebentar untuk membelinya. Nanti waktu pulang saja, begitu katanya. Ya aku hanya diam. Padahal aku sangat ingin membeli sapu lidi itu.

Waktu pulang, tokonya sudah tutup. Suara azan mengumandang menandakan waktu shalat magrib telah tiba. Sepanjang jalan aku melihat dan mencari mungkin ada toko yang masih buka.  Nyatanya aku kecewa .

Malam ini ketika aku melihat ada  sapu lidi idaman. Langsung aku bilang dan minta izin pada pak Su untuk melihat  dan memastikan. Katanya “kalau dapat satu sepuluh ribu, beli dua.” Bergegas aku menyeberang jalan di bantu sama om parkir. “ tunggu buk, sabar banyak kendaraan, kita belum bisa nyebrang.” Kata om parkir.

“Cari apa buk, ada yang bisa di bantu.” Adik penjaga toko menyapaku dengan ramah, ketika aku sudah ada di depan tokonya. Aku tidak langsung menanyakan sapu lidi. “liat-liat dulu boleh dek ya?” kataku padanya.

Si adik pelayan menawarkan jilbab, tapi aku tidak suka karena terlalu besar dan warnanya tidak cocok. Lanjut aku bertanya tentang tas kecil yang bisa dijadikan sebagai tempat pinsil. Tapi tidak ada yang sesuai selera. Aku beralih menanyakan sapu lidi yang digantung di depan toko. Hanya tinggal satu. Katanya sapu ini dari lidi sawit, lebih ringan, pegangannya kokoh dan dibalut dengan pelepah pinang di panggkalnya, kesan unik  dan bagus.  Aku bertanya tentang harganya. Si adik menjawab “dua puluh ribu buk” wah mahal juga ya, pikirku.

Bukan harga yang menjadi masalah sekarang. Sindiran pak Su nanti yang tidak sanggup kutahan.   “Dua puluh ribu itu mahal lho mimi, kamu bisa mendapatkan tiga sapu lidi lainnya dengan harga yang sama” atau “kalau ada yang murah untuk apa beli yang mahal, fungsinya kan sama, sama-sama untuk bersihin sampah.” Ingin menghubungi pak su, aku cari HP di tas tidak ada, aku baru ingat rupanya lagi di cas di mobil. Terpaksa  aku menyebrang lagi untuk minta persetujuannya. “Kalau suka ya beli aja, dari pada nanti kepikiran terus, harga standar, sapunya beda dengan sapu lidi biasa.” Katanya meyakinkanku. Tidak ingin menunggu lama, hasrat memiiliki sudah terpendam lama.

Aku melihat kiri kanan dengan seksama untuk memastikan tidak ada kendaraan satupun, langsung menyebrang menuju toko tadi untuk kedua kalinya. Adik penjaga toko tersenyum ke arahku. Apa lagi ibu ini, pikirnya. Akupun membalas senyumnya dengan sangat manis juga. Aku mencari sapu lidi yang akan kubeli tapi dimana.

“Sapu tadi mana dek, saya jadi membelinya” kataku.

“Maaf buk sudah terjual barusan, ibu terlambat.” Balasnya .

Aku kecewa untuk kedua kali,  ternyata  malam ini juga tidak berjodoh. Tanpa basa basi aku ucapkan terimakasih dan langsung keluar dari toko. Uang lima puluh ribu ditangan aku masukkan lagi ke dalam dompet.

Rupanya om parkir melihat kearahku ketika hendak menyeberang  jalan menuju mobil . Sekali lagi beliau membantu. Kali ini dia berusaha  memegang lenganku, tentu aku berusaha menghindar. “maaf buk” katanya. Sesampai di seberang jalan tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak atas bantuannya.

Di mobil pak Su hanya tersenyum ke arahku. Senyuman yang tiak bisa kutebak kemana arahnya.

Begitulah kehidupan, seperti halnya sapu lidi, ketika sudah dipoles harganya menjadi  tiga kali lipat dari harga sapu biasa. Padahal kita tahu fungsinya sama-sama untuk membersihkan sampah.  Bukankah  Allah telah menciptakan kita dalam sebaik-baik bentuk. Memiliki hak dan kewajiban yang sama  di dunia yang sesaat ini. Nah bagaimana kita bisa menempatkan diri dan menghiasi diri dengan akhlakul karimah serta melaksanakan amal shalih  untuk menjadi  hamba yang lebih baik  maka disitulah harga dan nilai kita berbeda. Martabat kita Allah tinggikan.  Semua kita pasti berkeinginan untuk dilirik dan dicintai oleh Sang Pencipta  karena syurga jaminanya.

Ada satu hal lagi yang sangat penting, kita bisa belajar dari filosofi tentang sapu lidi “Bila satu akan mudah patah. Bila jumlahnya banyak bisa di gunakan untuk membersikan sampah. Bila sapu lidi yang banyak berserak malah bisa menjadi sampah. Artinya apa? Jika kita bersatu, akan sulit di pecah belah serta  tidak dapat di goyahkan oleh apapun.

Mari kita bersama menjaga kebersamaan dan persatuan yang telah terbina selama ini dan Insya Allah akan lebih erat lagi sehinga tidak ada pihak manapun dengan alasan apapun untuk dapat menggoyahkannya. Sesuatu yang susah akan menjadi mudah, yang tidak mungkin akan menjadi mungkin dan yang berat menjadi ringan bila pelaksanaannya didasarkan pada persatuan dan kebersamaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *