SAYAKAH GURU ITU?
Berprofesi sebagai seorang guru dituntut harus profesional artinya seorang guru harus memiliki kompetensi dibidangnya, mampu menjalankan tugas dan kewajibannya dengan sebaik mungkin, bertanggungjawab dan mempunyai rasa peduli yang tinggi serta memahami karakter peserta didik. Itulah idealnya seorang guru yang mungkin jarang dijumpai.
Keterlambatan hadir ke madrasah terkadang diatas jam 07.30 WIB otomatis mengisi absenpun jarang yang tepat dan itu berlangsung biasa saja seolah bukan kesalahan kedisiplinan, kalaupun kepala madrasah menegur pasti jawabannya “Insya Allah pak, akan saya usahakan untuk datang lebih cepat“ atau masih banyak alasan yang bisa diberikan.
Di kelaspun, selama proses pembelajaran, tak jarang mengajar menjadi beban terberat, materi yang sukar dipahami diajarkan jadi melompat, ketika perasaan lagi tidak baik siswa diperintah untuk buka buku paket, tentukan halaman dan “catat“ atau ada alternati lain yaitu mengerjakan latihan halaman sekian, dikertas selembar. Bila peserta didik tidak paham dan bertanya, guru akan menjawab “jangan banyak tanya, semua sudah ada jawabannya di buku paket, baca buku nya”. Bukannya membimbing peserta didik, malah memanfaatkan waktu untuk balas WA yang sempat tertunda, atau baca FB yang menawarkan beragam info atau sekedar update status. la lupa tujuan dan kewajiban selaku guru untuk mencerdaskan anak didik, berapa kerugian yang dialami peserta didik dengan kelalaian yang ia lakukan bukan satu peserta didik bahkan satu kelas merasakan hal sama. Tugas guru tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan tapi juga menanamkan nilai-nilai karakter dan akhlakul karimah yang tidak tergantikan oleh teknologi canggih sekalipun.
Saya sadar saya bukanlah guru yang baik dan belum berbuat banyak untuk peserta didik. Selama ini perhatian lebih tertuju pada peserta didik yang berprestasi dan sering melupakan peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar, acuh terhadap masalah yang mereka hadapi dan mereka menjadi bahan pembicaraan. Mereka butuh bimbingan bukan ocehan. Pernahkah kita selaku gurunya memahami mereka?
Saat memutuskan untuk menjadi seorang guru banyak komitmen dan prinsip yang harus ditegakkan dan diminta pertanggungjawabanNya kelak. Menjadi guru bukanlah sebuah pilihan, melainkan takdir hidup manusia. Karena pada dasarnya setiap orang adalah guru bagi dirinya sendiri maupun keluarganya. Di akhir kata Saya jadi teringat pesan almarhum Kiai Maimun Zubair atau yang lebih dikenal dengan Mbah Moen tentang seorang guru. Berikut pesannya “Yang paling hebat bagi seorang guru adalah mendidik, dan rekreasi yang paling indah adalah mengajar. Ketika melihat murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, terkadang hati teruji kesabarannya, namun hadirkanlah gambaran bahwa diantara satu dari mereka kelak akan menarik tangan kita menuju surga”.
Penulis : Nuraini, S.Ag.