Man Jadda Wa Jada
Setelah 10 tahun mengembani profesi sebagai seorang guru Bahasa Inggris, banyak hal telah aku alami baik menyenangkan maupun sebaliknya. Jujur saja, menjadi seorang guru bukanlah hal yang bisa dibilang mudah. Dulu, saat aku masih menjadi seorang siswa sempat berpikir, pasti sulit menjadi seorang guru. Mereka harus mengajar, memberikan materi pelajaran, membimbing, menahan amarah pada siswa-siswi yang nakal, bersabar ketika peserta didiknya tidak mendengarkan apa yang Ia jelaskan, dan banyak hal lainnya. Karena pemikiran itu, aku selalu berusaha untuk menghormati guruku, baik yang paling pendiam maupun yang paling tegas.
Sekarang, ketika aku mengalaminya sendiri aku tahu benar bahwa apa yang aku pikirkan waktu itu tepat sekali, bahkan lebih dari itu. Aku harus lebih berusaha menahan kesabaran atas sikap siswa/siswi yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Apalagi materi yang aku ajarkan adalah Bahasa Inggris yang menurut sebahagian siswa itu pelajaran yang sangat mengerikan, ditambah lagi jadwalnya pada jam terakhir. Seperti password yang biasa dilontarkan.( Bahasa Inggreh, laen ta baca, laen tatuleh). Pastinya kata-kata itu terbang ketika mengajar dikelas yang minat belajarnya kurang. Berarti harus bisa melakukan hal yang ekstra seperti belajar sambil bermain dengan menggunakan permainan dalam Bahasa Inggris dan memecahkan kejenuhan menggunakan Ice breaking. Kalau tidak, siswa pasti akan lebih memilih untuk bercanda atau bahkan tidur daripada mendengarkan materi yang disampaikan. Mungkin guru-guru lain juga merasakan hal yang sama.
Seiring berjalannya waktu baru aku sadari bahwa sebahagian dari mereka itu adalah little angles dan sebahagian yang lainnya adalah little monsters. Beragam keunikan dari peserta didik justru menjadi tantangan bagiku untuk belajar memahaminya. Aku yakin little angles dan little monsters itu akan menjadi orang- orang besar suatu saat nanti dan mungkin juga salah seorang dari mereka nantinya akan menarik tangan kita menuju syurga, Aamiiin.
Dengan izin Allah juga bantuan dari guru-guru lainya. Alhamdulillah aku bisa beradaptasi dan juga bisa melewatinya dengan baik walaupun demikian aku harus tetap belajar untuk menambah pengetahuan dan pengalaman karena masih banyak hal yang harus dipelajari sesuai perkembangan zaman.
Mengajar dikelas inti tentu berbeda dengan kelas yang lain, dari segi suasana kelasnya saja beda apalagi minat belajar siswanya. Teringat sekali ketika itu peserta didikku diantaranya Chairunnisa, Putri Nur Balqis, Cut faradiba, Mawaddah Chairiani, Almawaddah, Devi Nailul Muna dan beberapa kawan lainnya. Mereka sangat antusias belajar bahasa Inggris, bahkan mereka menawarkan diri untuk menjadi anak didik less Bahasa Inggris di rumahku. Tidak pernah aku tawarkan namun itu kemauan mereka sendiri. Mau plus mampu.
Ketika aku bertanya kepada mereka,” Mengapa nak mau ikut less, memangnya pelajaran Bahasa Inggris disekolah ga cukup?”
”Bagi kami buk Bahasa inggris itu penting, kami ingin bisa berbicara Bahasa Inggris, apalagi bisa nyanyi pasti keren banget buk”. Jawab Cut Faradiba dengan gayanya yang khas. Semua mereka ikut tertawa melihat ekspresinya.
“Ibu pikir-pikir dulu ya”. Tiba-tiba Khairunnisa dengan suara lembutnya berkata ,” Mau ya buk, kami janji akan belajar tekun, please!.
Mendengar kata-kata itu hati ini meleleh bagaikan ice cream disinari matahari.
Okay, kalau begitu kita start bulan depan, jadwalnya 3 kali dalam seminggu, hari Senin, Rabu dan Sabtu ba’da dhuhur. Deal?
“Deal” horeeee…..jawab mereka kompak sambil bertepuk tangan.
Selama less berlangsung mereka sangat menikmatinya karena ditambahkan dengan permainan seperti :” Simons say, make a match, Storytelling activity, describes something. Tentu saja dalam game tersebut ada reward and punishment. Bahkan anakku, Syifa waktu itu ia berusia 3 tahun ikut belajar bahasa Inggris juga bersama mereka. Seru dan menyenangkan. Yang menjadi titik tumpuannya adalah Speaking, percakapan sehari-hari. Bahkan ketika aku minta mereka untuk menghafal lagu Bahasa Inggris yang berjudul “Open your eyes”, Always be there and InshaAllah” by Maher Zein. Lagu itu menjadi inspirasiku dalam menjalani hidup untuk muhasabah diri. Alhamdulillah mereka bisa. Kenapa? Jawabannya adalah karena adanya kemauan dan tekad pada diri mereka sendiri dan juga dukungan dari orang tua pastinya. Semua akan berbuah manis dengan usaha dan doa.
Tidak lama setelah itu mereka melanjutkan pendidikan ke madrasah Aliyah Negeri Simpang Ulim yang sekarang dikenal dengan MAN 4 Aceh Timur. Jumpa lagi dengan mereka karena ditahun ajaran selanjutnya aku ditawarkan untuk mengajar disana berhubung salah satu guru Bahasa Inggris di Madrasah tersebut pindah ke Kuala Simpang, alhasil aku mengajar di dua tempat. Lumayan melelahkan tetapi banyak pengalaman baru yang mengisi hari-hariku dalam mentransfer ilmu pengetahuan.
Ketika itu, di madrasah tersebut ada program less Bahasa Inggris yaitu “English Fun Club (EFC)” namanya. Tentu saja mereka terlibat di sana bahkan ketika Wisuda siswa-siswi kelas XII mereka menampilkan sebuah drama Bahasa Inggris yang berjudul “Reach Your Dreams”. Disutradarai oleh kami para guru B.Inggris: buk Yusnita, buk Lindawati dan ide kreatif dari buk Naja Laili pastinya. Penampilan mereka sungguh luar biasa. Bahkan diantara mereka pernah ikut “ Debat Islami” Pesertanya Putri NurBalqis, Nurhafifah BN dan Riskatun Nufus. Alhamdulillah dapat juara I. Lomba “English Speeh Contest” Mawaddah Chairiyani mendapat Juara I. Mereka merupakan Alumni MTsN 1 Aceh Timur.
Sementara di Pihak MTsN 1 Aceh Timur Muhammad Riski meraih juara I dalam lomba “ Pidato Bahasa Indonesia” dan Sibran Malaysi meraih juara II dalam “Pidato Bahasa Inggris”. Tidak kalah juga dengan sosok siswa dan siswi yang multitalented, ditahun ajaran berikutnya Suci Annastasia dan Agiel Yasto yang mengukir prestasi. Bahkan Suci Annastasia mampu mengharumkan nama MTsN 1 Aceh Timur dalam “English Speech” dibawah asuhan pak Ridlwan, buk Ainul mardhiah, buk Yusnita, buk Rizania, buk masyitah dan saya sendiri ketika itu. Alhamdulillah Ia menjadi sang Juara bertahan sampai ke tingkat provinsi. Mereka anak-anak hebat dan mereka adalah calon generasi penerus dimasa depan.
Dari situlah mulai terbuka pemikiranku bahwa aku bukan hanya guru bagi mereka, namun aku juga telah belajar banyak hal dari mereka. Mereka juga merupakan guru bagiku. Dari mereka aku belajar bahwa: “ seorang guru bukan hanya pemimpin, tapi juga teman bagi siswanya. Seorang guru tidak menimbulkan ketakutan, tapi memancarkan kasih sayang tulus. Seorang guru tidak menunjukkan siapa yang bersalah, tapi menunjukkan apa yang salah. Seorang guru tidak menuntut rasa hormat, tapi membangkitkan rasa hormat”.
Disamping itu, selain mengajar pelajaran Bahasa Inggris aku juga pernah mengajar pelajaran yang serumpun yaitu Bahasa Indonesia. Ketika itu aku memberi latihan menulis sebuah karangan dengan tema “Pengalaman Belajar Masa Pandemi” karena akhir-akhir ini negara kita dilanda virus covid-19 yang menggoyahkan segala sendi kehidupan, termasuk juga pendidikan. Selama pandemi, guru pun dituntut untuk terus bekerja, memutar otak dan berinovasi agar ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada siswa-siswinya tetap berjalan dan terus menerus, serta menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik untuk menjadi anak yang cerdas, berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia.
Awalnya aku ragu-ragu memberi tugas mengarang tersebut, tetapi mereka dengan semangat mengerjakannya. Tampak dari raut wajah mereka masing-masing. Ada yang serius, ada juga yang mengerutkan kening berpikir menerawang, melihat ke langit-langit ruangan kelas seakan-akan di sana ada tulisan yang menari-nari menjadi inspirasi bagi dirinya. Ketika aku perhatikan raut wajah mereka satu persatu ada kedamaian di hati ini.
Berbagai perasaan menghinggapi diriku setelah membaca tulisan mereka. Ada yang merasa bersyukur belajar di rumah karena bisa terhindar dari penularan covid-19 dan Ia mencari kesempatan untuk memperoleh nilai terbaik. Bersyukur juga kemenag memberi kouta gratis untuk belajar sehingga uang jajan bisa ditabung. Ada juga yang mengaku rindu dengan sosok guru dan teman-temannya. Merindukan suasana ketika jam istirahat, pergi ke kantin lalu bersenda gurau bersama yang bakal menjadi kenangan yang tak terlupakan dalam hidupnya. Ada juga yang merasa bosan belajar di rumah karena tidak dapat menyesuaikan waktu belajar. Ia malah menganggap masa pandemi adalah waktu berlibur, bersantai, pembelajaran menjadi membosankan sehingga tugas menumpuk dan materi yang diberikan oleh guru justru tidak paham. Bahkan ada yang harus berebut HP karena ketika melihat tugas, membuat evaluasi dan mengirimnya menggunakan gadget yang sama. Namun ada yang membuat diriku begitu terharu saat ada yang menulis tentang sulitnya kehidupan yang dialami keluarga sehingga ia berjuang untuk membantu keluarganya, mengubah kepribadian yang pendiam menjadi pemberani, luar biasa.
Perasaan terharu juga karena semangat siswa, orang tua dan para guru untuk terus bergandengan tangan bersama menghadapi kondisi masa pandemi. Alhamdulillah sekarang proses belajar mengajar berjalan seperti biasanya. Belajar lebih efektif dan optimal.
Selamanya profesi guru tidak akan pernah tergantikan oleh teknologi. Dalam proses pembelajaran tatap muka banyak nilai yang dapat dipetik oleh siswa seperti proses pendewasaan, budaya beretika, berakhlak mulia dan sopan santun hanya bisa didapatkan dengan adanya interaksi sosial. “Mengajarkan baca tulis itu mudah, yang paling sulit adalah mengajarkan budi pekerti”.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa menjadi seorang guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia sepanjang zaman. Guru mempunyai peranan penting. Tanpa keberadaan guru, tidak akan ada dokter, insinyur, ahli ekonomi atau bahkan presiden sekalipun. Guru memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga menjadikan suatu negara bisa berkembang, maju dan berdaya saing. Pengabdian seorang guru bukan hal yang mudah dilakukan dan terkadang harus diikuti dengan pengorbanan. Demi pengabdiannya, banyak guru yang terpisah jauh dari keluarga mereka guna untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Marilah kita bercermin kepada sosok guru agung dan mulia, Rasulullah Saw. Beliau adalah figur yang paling sukses dalam mendidik manusia. Bukan hanya berhasil mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu, namun beliau bahkan membuat manusia keluar dari masa kegelapan menuju peradaban yang cemerlang . Dengan demikian, sangatlah tepat bagi kita sebagai guru menjadikan Rasul sebagai teladan dalam dakwah dan pendidikan.
Kutipan dari sebuah buku karangan Abdullah Munir, beliau mengatakan bahwa ada dua hal yang perlu ditanamkan dalam jiwa seorang guru. Pertama adalah meyakinkan diri bahwa ilmu Allah SWT adalah sumber dari segala sumber ilmu. Jadi bila siswa dididik oleh guru, kemudian dengan pendidikan itu siswa dapat meraih prestasi, tetap harus diyakini bahwa sebenarnya Allah-lah yang telah menjadikan dia berprestasi. Allah telah menunjukkan kepada guru tentang cara mengajar yang cocok untuk siswanya. Disisi lain, Allah juga yang telah menunjukkan kepada siswa cara belajar cocok bagi dirinya. Dua hal ini yang kemudian membuat siswa mampu berprestasi. Inilah sebuah pengakuan yang menegaskan bahwa setinggi apapun prestasi yang diraih oleh seorang guru tetap ada peran Allah di sana. Pengakuan semacam ini menjauhkan kita sebagai guru dari sikap sombong, serta sikap membusungkan dada sambil berucap“inilah hasil kerjaku!”( Na`uzubillahi min zalik)
Kedua, meyakini kehendak Allah SWT. Guru harus yakin bahwa kehendak Allah berada di atas semua makhlukNya, termasuk diri kita sendiri dan siswa yang kita didik. Dengan keyakinan tersebut , jika menemui kegagalan , kita akan merasa bahwa kegagalan itu bukanlah akhir dari segalanya. Kita yakin bahwa dibalik kegagalan akan ada kesuksesan . Bahkan firman Allah menunjukkan bahwa “Bersama kesulitan ada kemudahan.” “Fainna ma`al `usri yusran”. Ya dengan bertawakkal kita akan memiliki kepribadian yang menakjubkan!. Ketika mendapatkan kesulitan kita bersabar dan ketika mendapatkan keberhasilan kita bersyukur.
Manusia merencanakan , Allah menentukan. Semoga dengan pemahaman seperti ini, campur tangan Allah akan mudah turun. Turun kepada kita, para pendidik, mendidik dan melahirkan siswa-siswi sebagai manusia-manusia yang tangguh dan cemerlang.
Biodata penulis:
Asmaul Husna,S.Pd. Lahir di Pucok Alue Barat pada tanggal 14 Agustus1987. Berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris. Saya terispirasi dengan kata-kata hikmah, “Keep calm and stay humble (this is life)”. “Jangan iri dengan rezeki orang lain karena kita tidak pernah tahu apa yang telah diambil darinya dan jangan gelisah dengan kehidupan kita saat ini karena kita tidak pernah tahu apa yang sedang Allah siapkan untuk kita diwaktu yang akan datang , Be positive. Belajar husnuzan dengan kehidupan ini, jangan membenci dan menghina keadaan karena malam pun tidak menghina takdirnya menjadi gelap dan daun pun tidak pernah marah kepada angin yang membuat ia terjatuh dari pohonnya . Cintailah hidup kita ini. Terlalu sayang jika dihabiskan dengan air mata dan tangisan kesedihan . Be humble, May Allah bless us forever.”
Tulisan ini telah dimuat dalam buku yang berjudul “Secuil Kisah Semesta Cinta” pada tahun 2022